Headlines News :
Home » » Laporan Kerapatan Jaringan

Laporan Kerapatan Jaringan

Written By Al Az Ari on Jumat, 01 November 2013 | 21.12


BAB I
PENDAHULUAN
    Latar Belakang
Di sekitar kita banyak sayur dan buah yang segar dengan warna-warna yang cantik. Dari warna itu ternyata bukan sekadar penghias saja, tapi juga menyiratkan kandungan nutrisinya. Menurut ahli nutrisi Marsuzi Iskandar dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, warna pada sayuran mengisyaratkan kandungannya. Zat aktif yang penting dalam sayur dan buah adalah fitokimia atau kelompok gizi pada tanaman dan flavonoid, senyawa antioksidan.
Sayur-sayuran merupakan nama yang diberi kepada makanan pokok yang dikonsumsi oleh manusia, tetapi tidak termasuk dalam kategori buah-buahan, kacang-kacangan, herba, dan rempah-rempah. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lain harus dimasak dengan caranya masing-masing. Bagaimanapun juga, beberapa jenis sayuran ada yang dapat digunakan untuk membuat dessert (makanan penutup) dan jenis makanan manis lainnya, contohnya roti wortel (carrot cake)
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena. Warna kuning/oranye yang ada pada buah-buahan berasal dari zat yang bernama karotenoid. Dimana zat ini juga dipengaruhi oleh proses memasak yang normal atau perubahan pH (zat asam).
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
    Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui perbandingan antara massa dan volume dari buah dan sayur.

    Kegunaan
        Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat megetahui volume dari bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi.

BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerapatan Jaringan
Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya,  makin kecil volume dan massa suatu senyawa, kerapatannya makin besar. Kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi penambahan tekanan eksternal (Petrucci, 1997).
Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume adalahsifat intensif.  Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk  pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti.  Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap, maka rapatan merupakan fungsi suhu (Petrucci, 1997).
Untuk menentukan volume benda dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan bentuk bendanya.  Untuk benda  yang beraturan bentuknya dapat dilakukan dengan rumusan yang sesuai, misal untuk bentuk kubus maka  yang harus dilakukan adalah mengukur panjang sisi kubus, kemudian menghitungnya dengan rumusan sisi pangkat tiga.  Sedangkan untuk benda tidak beraturan pengukuran volume dilakukan dengan cara memasukkan benda tersebut kedalam gelas ukur yang di isi dengan air dengan volume tertentu, kemudian diamati selisih volumenya. Selisih volume tersebut adalah volume benda yang  dimasukkan ke dalam gelas ukur. Setelah itu dapat dihitung  berapa massa jenis benda yang dapat diamati (Mutiarawati. 2010).
2.2 Deskripsi Buah Alpukat
        Tanaman alpukat berakar tunggang atau dikotil serta memiliki batang yang berkayu, bulat warnanya coklat kotor banyak bercabang ranting berambut halus.tanaman alpukat ini berbentuk pohon kecil yang tingginya 5-10 m. Daun tunggal simetris, bertangkai yang panjangnya 1-1,5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur atau ovalis memanjang, tebal seperti kertas, pangkal daun dan ujung daun meruncing (acuminatus), tepi rata (integer), kadang-kadang agak menggulung ke atas, permukaan daun gundul (glaber), pertulangan menyirip, panjang daun 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan, daun tua warnanya hijau (Waters, A. 2006).
               Bunganya bunga majemuk berbentuk bintang, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 10-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau kekuningan. Berat buahnya antara 0,3-0,4 kg. Kulit buah tebalnya 1 mm berwarna hijau tua saat matang. Daging buah berwarna kuning kehijauan dengan tebal sekitar 1,5 cm. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. maka perkembangan biji alpukat merupakan tipe hipogeal (dalam perkecambahan kotiledon tetap berada di dalam tanah, hipokotilnya aktif bertambah panjang, sedangkan hipokotilnya pendek) (Waters, A. 2006).
            Habitat tanaman alpukat banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis yang banyak curah hujannya. Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon kecil. Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Alpukat berkembang biak dengan cara generatif (Suprapti.2002.)
2.3 Deskripsi Sayur kangkung
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Steenis, 2005).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku - buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku - bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap atau batangnya menjalar (Steenis, 2005).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga putih (Steenis, 2005).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative (Steenis, 2005).
Adapun manfaat dari tanaman kangkung yaitu Sumber vitamin A yang penting untuk kesehatan mata, Berkasiat sebagai obat tidur karena banyak mengandung zat besi, Penambah darah / mengobati yang terkena anemia, Obat penenang syaraf,  Penyembuh penyakit sembelit dan Sebagai obat wasir yang diambil dari bagian akar suatu tanaman kangkung (Steenis, 2005).






BAB III
 METODOLGI
3.1 Waktu dan Tempat
        Praktikum Kerapatan Jaringan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar yang berlangsung pada hari Senin 17 Maret 2014 pukul 14.30 WITA- selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
        Adapun alat yang digunakan pada praktikum kerapatan jaringan ini yaitu pisau, timbangan, gelas piala. dan alat tulis menulis.
3.2.1 Bahan
        Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kerapatan jaringan ini yaitu buah alpukat dan sayur kangkung dan air.
    Prosedur Kerja
        Adapun preosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :
    Menyiapkan sayur kangkung dan buah alpukat.
    Menimbang berat awat buah dan sayur menggunakan timbangan
    Memisahkan bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi menggunakan   
             pisau.
     Menimbang bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi.
    Masukkan air kedalam gelas piala dengan volume 300 ml lalu
        memasukkan bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi secara  
        berurutan.
    Kemudian mengamati berapa volume dari bagian yang dikonsumsi dan
        tidak dikonsumsi dengan rumus :
              Vj = Vakhir-Vair   


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1.2 Analisis Perhitungan kerapatan jaringan
Kerapatan Jaringan Alpukat Konsumsi    = Volume Akhir – Volume Air
                        = 443 – 300  = 143 ml
Kerapatan Jaringan Alpukat Limbah        = Volume Akhir – Volume Air
                        = 398 – 300 = 98 ml
Kerapatan Jaringan Kangkung Konsumsi    = Volume Akhir – Volume Air
                        = 420 – 300 = 120 ml
Kerapatan Jaringan Kangkung Limbah    = Volume Akhir – Volume Air
                        = 375 – 300 = 75 ml
4.2 Pembahasan
    Pada buah alpukat berat awal 260 dan ketika dipisahkan antara bagian yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi, Dan pada volume  alpukat yang di konsumsi pada saat dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi 300 ml mengalami kenaikan 443 ml hal ini menunjukan bahwa volume alpukat konsumsi sebesar 143 ml dan limbah alpukat sebesar 98 ml ini menunjukan bahwa limbah alpukat lebih kecil disbanding volume komsumsi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Waters, A. 2006), Berat buahnya antara 0,3-0,4 kg. Kulit buah tebalnya 1 mm berwarna hijau tua saat matang. Daging buah berwarna kuning kehijauan dengan tebal sekitar 1,5 cm. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. maka perkembangan biji alpukat merupakan tipe hypogeal.   
Pada tanaman kangkung ketika dilakukan penimbangan awal sebesar 160 gram dan pada saat dipisahkan antara limbah dan konsumsi maka limbah dari kangkung hanya 70 gram dan konsumsi wortel sebesar 90 gram ini dikarenakan limbah kangkung lebih sedikit dibandingkan dengan limbah alpukat. Dan volume kangkung konsumsi pada saat dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi 300 ml mengalami kenaikan 420 ml ini menunjukan bahwa volume kangkung konsumsi sebesar 120 ml dan limbah kangkung dari volume air 300 ml menjadi 375 ml sehingga volume limbah wortel sebesar 75 ml, ini menunjukan bahwa limbah sayur kangkung lebih kecil dari pada konsumsi kangkung. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anggara, 2009) yang mengatakan bahwa Kangkung Tumbuhnya menjalar dan Sistem perakarannya tunggang dengan cabang-cabang akar yang menyebar ke berbagai penjuru. Bunganya menyerupai terompet. Kandungan gizi dalam 100 gram kangkung darat diantaranya adalah 458,00 gram kalium dan 49,00 gram natrium dimana berat jenis atau volume yang dimiliki berdasarkan kualitas kangkung itu sendiri.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
    Adapun yang dapat saya simpulkan dari praktikum diatas yaitu :
    Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari 
  suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa,  
  makin kecil kerapatannya.
    Volume limbah kangkung sebesar 75 ml, ini menunjukan bahwa limbah 
   kangkung lebih kecil daripada konsumsi kangkung.
    Volume alpukat konsumsi sebesar 143 ml dan limbah alpukat sebesar  
  98 ml ini menunjukan bahwa limbah alpukat lebih ringan.

5.2 Saran
    Sebaiknya untuk praktikum ini menambah alat yang digunakan agar dapat mempercepat percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, R., 2009. Pengaruh Ekstrak Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir.) terhadap Efek Sedasi pada Mencit BALB/C. Agronomi 2(4):21-29.
Mutiarawati. 2010. Penanganan pasca Panen hasil pertanian. UNPAD Press: Bandung.
Pantastico. 1997. Fisiologi pasca panen dan penanganan dan pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan subtropika. UGM Press: Yogyakarta
Steenis, CGGJ Van. 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Suprapti.2002. Technologi pengolahan pangan. Kanisius: Yogyakarta
Waters, A. 2006. Oxford Essential Dictionary. Oxford University Press: USA












   


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

jadilah bagian dari seribu orang yang menyukai blog ini, dengan mengikuti kami di Laman Facebook. Budidaya Pertanian, mengenai kritik dan saran kami sangat mengharapkan demi sempurnanya informasi yang kami sampaikan
 
Support : Facebook: AL AZ ARI/'>Ari Sandria | Agronomi Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AGRONOMI UNHAS - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template