LAPORAN LENGKAP ILMU GULMA
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur Praktikan ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktik Budidaya Tanaman Semusim
ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala.
Maksud
dan tujuan penyusunan Laporan Praktik Ilmu Gulma ini adalah untuk melengkapi
persyaratan Mata Perkuliahan Ilmu Gulma pada semester ganjil ini.
Adapun
penyusunan Laporan Praktik ini berdasarkan data-data yang Praktikan peroleh selama
melakukan Praktek Lapang dan Laboratorium, buku – buku pedoman, serta data-data
dan keterangan dari pembimbing.
Dengan segala kerendahan hati,
izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga
kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal
sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda
dari Allah Subhana wa Ta’ala. Amin
Demikian
kata pengantar ini Praktikan buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi
Praktikan dan pembaca pada umumnya.
Makassar,
Desember 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Lembar
Judul ……………………………………………………………….. i
Lembar
pengesahan …………………………………………………........... ii
Lembar
persembahan ………………………………………………………... iii
Kata
Pengantar ……………………………………………………………… iv
Daftar
Isi ……………………………………………………………………. v
LAPORAN 1 ALELOPATI
BABI
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Alelopati ……………………………...……………………………..
II.2 Kacang Hijau (Psaseolus radiates L) ……………………………….
II.3 Alelopati Chromolaena
odorata (daun Jonga-jonga) ………………..
BAB
III METODEOLOGI
III.1
Waktu dan Tempat …………………………………………………
III.2
Alat dan Bahan ……………………………………………………
III.3
Prosedur Percobaan .…………………………………………………..
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2
Pembahasan ………………………………………………………..
BAB
V PENUTUP
V.1
Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2
Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………….
LAMPIRAN ………………………………………………………………...
LAPORAN 2 IDENTIFIKASI GULMA
BABI
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penggolongan Gulma ………………...……………………………..
II.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran
Gulma …………….
II.3 Dampak
yang ditimbulkan terhadap Pertanaman
.…………………..
II.4
Tanah Sawah …………………………………………………………
II.5
Tanah Danau …………………………………………………………
II.6 Tanah Kering ………………………………………………………...
BAB
III METODEOLOGI
III.1
Waktu dan Tempat …………………………………………………
III.2
Alat dan Bahan ……………………………………………………
III.3
Metode Percobaan .…………………………………………………..
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2
Pembahasan ………………………………………………………..
BAB
V PENUTUP
V.1
Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2
Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………….
LAPORAN 3 KESUBURAN GULMA
BABI
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kesuburan Gulma ..…………………...……………………………..
II.2 Kesuburan Gulma pada Tanah ……. ……………………………….
II.3 Pengaruh
Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Gulma ….………..
II.4 Gulma Teki (Cyperus rotundus) ..……………………………………
BAB
III METODEOLOGI
III.1
Waktu dan Tempat …………………………………………………
III.2
Alat dan Bahan ……………………………………………………
III.3
Prosedur Percobaan .…………………………………………………..
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2
Pembahasan ………………………………………………………..
BAB
V PENUTUP
V.1
Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2
Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………….
LAPORAN 4 TAKSONOMI GULMA
BABI
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Klasifikasi Gulma ..…………………...……………………………..
II.1.1 Gulma Pasiflora
foetida
(rambusa) .……………………….
II.1.1 Gulma Peperomia
pellucida
(ketumpang air) ……………...
II.2 Habitat …………………………..……………………………………
II.2.1 Gulma Pasiflora
foetida
(rambusa)
.……………………….
II.2.1 Gulma Peperomia
pellucida
(ketumpang air) …………….
II.3 Asal tanaman ………………………………………………………...
II.3.1 Gulma Pasiflora
foetida
(rambusa).……………………….
II.3.1 Gulma Peperomia
pellucida
(ketumpang air) ………………….
II.4 Deskripsi Tanaman …………………………………………………...
II.4.1 Gulma Pasiflora foetida (rambusa).……………………….
II.4.1 Gulma Peperomia
pellucida
(ketumpang air) ……………….
II.5 Manfaat Gulma ………………………………………………………
II.5.1 Gulma Pasiflora
foetida
(rambusa).……………………….
II.5.1 Gulma Peperomia
pellucida
(ketumpang air) ………………….
BAB
III PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2
Pembahasan ………………………………………………………..
BAB
V PENUTUP
V.1
Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2
Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………….
ALLELOPATI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Perkembangan
pertanian dewasa ini menunjukan kemajuan yang semakin pesat, namun demikian,
banyak segi yang secara langsung atau tidak langsung dapat memacu pertumbuhan
gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi,
pengairan, penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti
dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin
ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya
matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga
mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam
budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non
pertanian lainnya.
Gulma antara
lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki menusia. Hal ini berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara
langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui
kerugian atau kegunaannya. Oleh karena itu, batasan untuk gulma ini sebetulnya
sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia
tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi
perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai
kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang elah lama
ditanamai, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok
adalah sebagai berikut.
1.
Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman
budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur
hara di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat
tumbuh.
2.
Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal
dengan istilah allelopati.
3.
Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil,
insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang
biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman
pokok ataupun tanaman budidaya.
4.
Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari
tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang
kecil dengan biji tanaman budidaya.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh alelopati
(jonga-jonga) terhadap pertumbuhan kacang hijau.
Kegunaan
dari praktikum ini yaitu sebagai sarana pembelajaran terhadap mahasiswa
mengenai bagaimana pengaruh dari ekstrak gulma terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Semua jenis tanaman yang hidup
mempunyai kebutuhan yang hampir sama, mereka memerlukan sinar matahari, air,
unsur hara untuk pertumbuhannya dan juga memerlukan ruangan sebagai tempat
hidupnya. Dengan adanya kesamaan keperluan tersebut, dalam keadaan tertentu terjadi
suatu persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan.
Dalam rangka persaingan hidup,
kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia. Senyawa kimia
tersebut dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan
tumbuhabn tersebut. Peristiwa semacam ini disebut alelopati. Peristiwa
alelopati sebenarnya merupakan suatu tipe persaingan, dimana persaingannya
dapat bersifat interspesifik maupun intraspesifik.
Pada kenyataannya peristiwa
alelopati di alam sulit untuk diterangkan karena proses yang terjadi sangat
kompleks. Sebagai contoh adalah Helianthus
annus, tanaman ini memiliki senyawa kimia berupa asam Klorogenate dan Scopolitin
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain yang berada di sekitarnya.
Kemudian Wilson dan Rice (1968) mengadakan suatu penelitian untuk menguji
kesuburan tanah bekas ditanami Helianthus
annus tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada contoh tanah yang diambil setelah periode tanam ternyata ketersediaan
fosfat, kalium, nitrat, dan amonium nitrogen berkurang (Tim Ekologi Umum,
2006).
Alelopati adalah produksi substansi
(zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau bagi mikroba. Banyak
peneliti menemukan substansi penghambat dalam tanaman. Dari seluruh batangnya
tanaman mengeluarkan zat kimia yang sangat menakjubkan, gula dan senyawa bau
dari bunga terpenoid dan leachate yang mudah larut dari daun dan sangat banyak
berasal dari akar. Pengaruh alelopati merupakan suatu fenomena normal, tetapi
pengaruhnya umumnya kecil (A.H. Fitter dan R.K.M. Hay, 1991).
Peristiwa alelopati ialah peristiwa
adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan
tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya.
Tumbuhan jenis lain yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan
tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun yang berupa produk sekunder
dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat beracun itu dapat berupa gas
atau zat cair yang dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan
pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati, misalnya hambatan
pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata,
sintesis protein, dan lain-lain. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah
berupa gas, atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar.
Jenis zat yang dikeluarkan pada umumnya
berasal dari golongan fenolat,terpenoid, dan alkaloid.
Substansi yang aktif bertindak dalam
peristiwa alelopati diistilahkan pula dengan fisotoksis dari pelapukan sisa
tanaman. Bahan kimia yang dihasilkan tanaman dan merugikan tanaman lain adalah
secara potensial bersifat ototoksis. Ototoksis sebagai penghambat tumbuhan
tersebut penghasil substansi alelokemik tersebut menunjukkan adanya pengaruh
intraspesifik.
Telah banyak referensi yang mencatat
tentang spesies yang dapat mengeluarkan alelopat. Spesies-spesies tersebut
dalam lingkungannya akan dapat menekan pertumbuhan spesies lain yang lemah akan
zat tersebut.
BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
alelopati dilaksanakan pada tanggal 23 November 2013 bertempat di green house.
III.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu blender, gelas ukur, polybag, botol, dan alat tulis
menulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air, daun
jonga-jonga, tanah, dan biji kacang hijau.
III.3 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
·
Menyemaikan benih kacang hijau pada wadah penyemai.
·
Membuat ekstraksi daun jonga-jonga dengan cara
menghaluskannya dengan blender dan mencampurnya dengan air.
·
Menyaring ekstraksi daun jonga-jonga untuk
memisahkan larutan dengan ampas.
·
Mengambil larutan dari ekstraksi daun jonga-jonga
sebanyak 1,5 L dan menyimpannya dalam wadah botol plastic.
·
Memindahkan benih kacang hijau ke polybag.
·
Perlakuannya :
1.
Perlakuan 1 ; sampel kacang hijau diberi larutan
ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 10 cc dengan interval hari pemberian selama
1 hari, namun penyiraman dengan air dilakukan setiap hari.
2.
Perlakuan 2 ; sampel kacang hijau diberi larutan
ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 20 cc dengan interval hari pemberian selama
1 hari, namun penyiraman dengan air dilakukan setiap hari.
3.
Perlakuan 3 ; sampel kacang hijau diberi larutan
ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 30 cc dengan interval hari pemberian selama
1 hari, namun penyiraman dengan air dilakukan setiap hari.
·
Melakukan pengamatan pertumbuhan terhadap tanaman
kacang hijau yang telah diberi perlakuan-perlakuan di atas.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Pengamatan
|
Perlakuan
(ekstrak daun
Jonga-jonga)
|
Kacang Hijau
|
|
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
|
Rata-rata
Jumlah Daun
(helai)
|
||
10 %
|
|||
1
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
2
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
3
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
4
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
5
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
6
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
7
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
8
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
9
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
10
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
11
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
12
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
13
|
20 %
|
||
30 %
|
|||
10 %
|
|||
14
|
20 %
|
||
30 %
|
KESUBURAN GULMA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Gulma
adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan
yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang
lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan
pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak
diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok
adalah sebagai berikut.
1.
Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman
budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur
hara di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat
tumbuh.
2.
Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal
dengan istilah allelopati.
3. Sebagai
tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta
dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak
dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok
ataupun tanaman budidaya.
4.
Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat
menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan
tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman
budidaya.
I.2.
Tujuan
1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh
mengganggu dan bersaing dengan
tanaman budidaya
2. Mengetahui komposisi jenis atau spesies
gulma, dan dominasi suatu vegetasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Keadaan suhu yang relatif tinggi,
cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik
juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah
dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non
pertanian lainnya (Sukman, 1991).
Berbeda dengan hama dan penyakit
tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung
dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara,
dan rung tumbuh, gulma mampu berkompetensi kuat.(Emanuel. 2003)
Gulma terhadap pertanaman
merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa
berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya
peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan
lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).Gulma
terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya.
Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air,
cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing
untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir,
1998).
Menurut
Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara
subjektif dan definisi ekologis. Beberapa definisi subjektif adalah:
1.
Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.
Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3.
Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4.
Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung.
5.
Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar sifat morfologinya,
gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian
(sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
Berdasarkan siklus hidupnya,
gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim
(biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds). Berdasarkan habitat
tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan
(terestrial weeds)
Berdasarkan pengaruh terhadap
tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Emanuel. 2003)
Identifikasi gulma dapat ditempuh
dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosudiro,
1984):
1. Membandingkan
gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2. Konsultasi
langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3. Mencari
sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan
dengan determinasi yang telah ada.
5. Membandingkan
dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Bagian-bagian
yang hasrus diperhatikan untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi
diantaranya adalah: keadaan geologi tanah, topografi, dan data-data sebelumnya
serta fasilitas kerja atau keadaan seperti peta,lokasi yang dicapai,
waktu yang tersedia dan sebagainya
Vegetasi menggambarkan perpaduan
berbagai jenis tumbuhan suatu wilayah atau daerah. Suatu analisis vegetasi
kadang kala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama dalam satu wilayah.komunitas
tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk
menjelaskan suatu vegetasi di sustu wilayah.Sifat dasar yng harus dimiliki oleh
oleh komunitas tumbuhan adalah :
a.
Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b. Fisiognonomi
(struktur ,tinggi, penutupan\,tasjuk daun, dan sebagainya.)
Keberadaan
gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma
diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam
perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang
hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun
yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam
pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian.
Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus
dikendalikan (Hamid, 2010).
Gulma
dapat diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu
golongan rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan
teki-tekian (sedges). Beberapa definisi yang termasuk kelompok ini
adalah (Sukman, 1991) :
1. Tumbuhan
yang tidak dikehendaki manusia.
2.
Semua tumbuhan selain tanaman budidaya, sebagai contohnya selain tanaman padi
di sawah yang sengaja ditanaman tumbuhan lainnya dianggap gulma.
3. Tumbuhan
yang belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan
yang mempunyai pengaruh negatif pada manusia baik secara langsung maupun tidak
dan lain sebagainya.
5.
Mempunyai daya saing / daya kompetisi yang tinggi terhadap tanaman pokok.
6. Dapat
menjadi inang sementara bagi penyakit atau parasit tanaman utama.
7. Menghambat
kelancaran aktivitas manusia.
Perkembangbiakan
gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif.
Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat
banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia.
Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di
dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.
Demikian
juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas
dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Gulma
mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:
1. Persaingan
antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi
persaingan dalam pengambilan air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan
ruang lingkup.
2.
Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-
biji gulma.
3.
Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi
tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran
pekerjaan para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus spinosus, Mimosa
spinosa diantara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara
atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan
Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan
kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan
alergi.
7. Kenaikan
ongkos- ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam
pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air
irigasi.
8. Gulma
air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar
luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air
karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan
7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka.
Identifikasi gulma adalah suatu metode pengenalan
gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson gulma yang akan dikenali.
Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani,
alat bantu seperti buku pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta
latihan keterampilan (Sembodo, 2010).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat
Dan Waktu
Praktikum gulma dengan judul
percobaan identifikasi gulma di laksanakan pada hari Rabu tanggal 30 November
2013 pukul 15.30 sampai selesai, bertempat di screenhouse, Jurusan Agronomi,
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat Dan
Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam percobaan
ini yaitu botol aqua bekas ukuran 1500 ml sebanyak 1 buah, polybang transparan
sebanyak 9 lembar dan alat tulis menulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang di gunakan yaitu tanah
liat, tanah rawa, tanah tergenang, label dan air secukupnya.
3.3 Prosedur
Kerja
Adapun
prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang akan di gunakan.
2. Memasukkan
masing-masing tanah ke dalam polybag, tiga polybag berisi jenis tanah yang sama
dengan kedalaman masing-masing 20 cm, 40 cm dan 60 cm.
3. Menyiram
polybang yang berisi tanah secara rutin dengan air secukupnya.
4. Mengamati
jenis gulma apa saja yang tumbuh dan berapa banyak gulma yang dalam polybag.
5. Mencatat
hasil pengamatan yang di dapatkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari
percobaan identifikasi gulma yang telah dilakukan, maka di peroleh hasil
sebagai berikut :
Table 1. Data hasil pengamatan
identifikasi gulma
Jenis tanah dan Kedalamannya
|
Minggu I
|
Minggu II
|
Minggu III
|
||||
Jenis gulma
|
Jumlah
gulma
|
Jenis
gulma
|
Jumlah
gulma
|
Jenis
gulma
|
Jumlah
gulma
|
||
Tanah Liat
|
20 cm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
40 cm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
60 cm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Tanah Rawa
|
20 cm
|
Gulma Mimosa pucica
|
5
|
Gulma Mimosa pucica
|
7
|
Gulma Mimosa pucica
|
7
|
40 cm
|
Gulma Mimosa pucica
|
3
|
Gulma Mimosa pucica
|
5
|
Gulma Mimosa pucica
|
5
|
|
60 cm
|
Gulma Mimosa pucica
|
3
|
Gulma Mimosa pucica
|
2
|
Gulma Mimosa pucica
|
2
|
|
Tanah Tergenang
|
20 cm
|
Gulma Ageratum conyzoides
|
1
|
Gulma Ageratum conyzoides
|
2
|
Gulma Ageratum conyzoides
|
2
|
40 cm
|
Gulma Ageratum conyzoides
|
-
|
Gulma Ageratum conyzoides
|
1
|
Gulma Ageratum conyzoides
|
1
|
|
60 cm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013
4.2
Pembahasan
Dari praktikum gulma dengan
percobaan identifikasi gulma yang telah dilakukan dengan menggunakan media tanah
liat, tanah rawa dan tanah tergenang dengan melakukan pengamatan selama 3
minggu, maka dapat di peroleh hasil seperti yang terlihat pada tabel di atas,
hanya saja untuk nama jenis gulma yang tumbuh pada masing-masing jenis tanah
belum bisa di pastikan nama gulmanya di karenakan gulma yang tumbuh masi kecil
dan belum dapat di identifikasi.
Pada
pengamatan dengan menggunakan tanah liat dapat dilihat kesimpulannya pada
minggu pertama hingga minggu ketiga bahwasanya pada media ini tidak ada gulma
yang tumbuh, hal ini dikarenakan adanya penyiraman yang tidak teratur yang
diberikan pada media tersebut.
Media
kedua yaitu media rawa dengan masing-masing memiliki kedalaman 20 cm, 40 cm dan
60 cm. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami sajikan pada tabel di atas, maka
dapat dilihat bahwa pada kedalaman 20 cm dan 40 cm, gulma dari minggu pertama
sampai minggu ketiga jumlah gulma tersebut bertambah. Namun, hal ini berbeda
pada kedalaman 60 cm, hasilnya menunjukkan bahwa jumlah gulma tiap minggunya
menurun, dari 3 menjadi 2. Hal ini dapat disebabkan karena pada kedalaman
seperti ini bahan organik lebih mengurang lagi sehingga pertumbuhan gulma pun
menurun.
Media
tergenang yang sebagai media ketiga ini, menunjukkan hasil bahwasanya pada
kedalaman 60 cm tidak ada gulma yang tumbuh. Namun, pada kedalaman 20 cm dan 40
cm terdapat beberapa gulma yang tumbuh.
Terlihat
jelas bahwa pada jenis tanah sawah yang lebih banyak di tumbuhi oleh gulma
walaupun pada minggu ke tiga terjadi penurunan jenis gulma yang tumbuh di karenakan
terjadinya kematian pada gulma tersebut. Terjadinya perbedaan jumlah jenis
gulma yang tumbuh pada masing-masing jenis tanah di sebabkan karena tekstur dan
struktur tanah sawah lebih mudah di tumbuhi oleh gulma dan juga karena biji
gulma tersebut mengalami masaa dormasi sehingga terjadi perbedaan jumlah dan
jenis gulma yang tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Moenandir,J (1998) yang
menyatakan bahwa “Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak
berkecambah walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum. Kemampuan benih untuk
menunda perkecambahan sampai waktu dan tempat yang tepat adalah mekanisme
pertahanan hidup yang penting dalam tanaman. Dormansi benih diturunkan secara
genetik, dan merupakan cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Pada saat masa dormasi benih telah selesai maka benih
akan tumbuh”. Inilah yang menyebabkan biji gulma sangat cepat tumbuh karena
masa dormnasi pada biji gulma berbeda dengan biji tanaman lain secara umum.
Selain
karena biji gulma yang mengalami masa dormansi penyebab lain yang menyebabkan
perbedaan jumlah dan jenis gulma yang tumbuh pada media tanah yang digunakan
yaitu juga disebabkan karena beberapa factor, menurut Moenandir,J (1998)
beberapa penyebab penyebaran biji gulma yaitu aktifitas atau kekuatan gulma itu
sendiri, factor bantuan alam yang terdiri dari air, angin dan tanah selain itu
juga karena faktor bantua makhluk hidup seperti mamalia (Epizoctoty dan
avas/burung) dan bantuan manusia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan
menganai identifikasi gulma maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Setiap media memiliki gulma yang berbeda-beda,
terbukti dari hasil pengamatan yang telah diamati bahwasanya gulma yang tumbuh
pada tanah tergenang dan tanah rawa berbeda. Hal ini berarti setiap gulma dapat
digolongkan berdasarkan habitatnya.
2.
Gulma lebih cepat pertumbuhannya pada media tanah rawa
dibandingkan dengan media tanah tergenang dan tanah liat yang hanya beberapa
gulma yang tumbuh bahkan ada yang tidak tumbuh pada media tanah liat.
5.2 Saran
Saran yang dapat di berikan yaitu
sebaiknya dalam proses praktikum ini yaitu sangat perlu diperhatikan jenis
gulma ada setiap media tanah yang digunakan agar lebih mudah mengenali dan
mengantisipasi pada saat pertumbuhan tanaman berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2013. Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Gulma. Diakses pada website http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html pada tanggal 03 Desember 2013
Aslilah. 2013. Identifikasi
Gulma dan Penggolongannya. Diakses pada halaman website http://aslilah.blogspot.com/2013/02/identifikasi-gulmaaaaaaaa-dan
penggolongannya.html pada tanggal 03
Desember 2013
Nasution, U.
2001. Ilmu Gulma. Cetakan kedua.
Gramedia Angkasa : Jakarta
Sembodo,
D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolahannya. Cetakan
Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Sukma dan
Yakup. 2002. Cara Pengendalian Gulma. Diakses
pada website www. google.com/cara-pengendalian-gulma pada tanggal 03 Desember 2013
Suwardji.
2003. Penggolongan Gulma Berdasarkan
Sifat Morfologi. Diakses pada website
http://carabudidaya.com/penggolongan-gulma-berdasarkan-sifat-morfologi/ pada
tanggal 04 Desember 2013.
TAKSONOMI GULMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, gulma adalah tumbuhan yang
tidak dikehendaki keberadaannya karena mengganggu tanaman budidaya yang
ditanam. Selain itu, gulma juga dianggap tidak memiliki manfaat bagi
kelangsungan hidup tanaman budidaya yang ditanam melainkan menimbulkan kerugian
akibat kompetisi terhadap unsur hara, air dan cahaya matahari dengan tanaman
budidaya.
Dalam
usaha budidaya suatu tanaman, tentu tidak lepas dari berbagai kendala dan
gangguan dari berbagai jenis organisme pengganggu tanaman (OPT), antara lain
hama, penyakit, maupun gulma. Salah satu, yang paling sering menyerang adalah
gulma. Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan serta dapat
menimbulkan gangguan dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas
manusia dalam mengelola usahataninya.
Sangat
sulit untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan gulma pada area pembudidayaan
tanaman, karena gulma memiliki sifat-sifat, antara lain pertumbuhannya cepat,
mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan
hidupnya, mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang
ekstrem, mempunyai daya berkembang biak yang besar secara vegetatif dan atau
generatif, alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun
binatang, dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk
bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Dengan sifat-sifat
tersebut, gulma dapat dengan mudah tumbuh serta berkembang dengan pesat di area
tanaman budidaya. Pada umumnya, gulma dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan
ciri morfologinya, yaitu teki-tekian, berdaun lebar, dan rumput-rumputan.
Pada umumnya persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah
pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3
pertama dari umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman
akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma
menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu
pemunculan (emergence) gulma terhadap pertanaman merupakan faktor penting di
dalam persaingan. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau
bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan
dan hasil panenan.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai gulma yang memiliki pengaruh pada
proses pertumbuhan tanaman yang di budidayakan karena pertumubuhan dan
kesuburan gulma yang sangat cepat di bandingkan dengan pertumbuhan tanaman yang
di budidayakan, maka sangatlah penting melakukan percobaan praktikum kesuburan
gulma ini.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan dari percobaan kesuburan gulma ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
kesuburan gulma teki terhadap tanah yang di berikan perlakuan berbeda-beda pada
media tumbuhnya.
Sedangkan
kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi kepada mahasiswa
maupun kepada para pembaca menganai arti penting kesuburan gulma khususnya
kesuburan gulma pada tanah yang diberikan pupuk kandang.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kesuburan gulma
Kesuburan
gulma dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan dalam kesuburan gulma
karena sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar gulma, tempat persediaan
udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi gulma, tempat
persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan
makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan gulma (Bangun, P. 1988).
Agar
mampu menjalankan peran-peran tersebut, maka tanah harus memiliki kesuburan dan
kesehatan yang baik. Kata ”kesuburan dan kesehatan tanah” sering kali
digunakan secara bersamaan. Pada kenyataannya ada dijumpai tanahnya subur
tetapi tanaman yang tumbuh di atasnya, tumbuh tidak sehat. Terdapat
perbedaan definisi antara kesuburan dan kesehatan tanah. Kesuburan tanah
adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia,
fisika, dan biologi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan tanah bisa diartikan
suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa
adanya gangguan apapun (Anonym 2012).
Kesuburan
dan kesehatan tanah bisa berubah-ubah. Tanah yang tadinya subur dan sehat bisa
saja menjadi kurang subur dan sakit. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
kesuburan dan kesehatan tanah menjadi menurun. Beberapa faktor penyebab
menurunnya kesuburan tanah diantaranya yaitu penyerapan zat hara oleh
tanaman, penguapan elemen hara ke atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan
terjadinya erosi. Sedangkan faktor-faktor penyebab menurunnya kesehatan
tanah diantaranya yaitu tidak pernah melakukan pemberian bahan organik ke
tanah, pemakaian pupuk yang berlebihan (Bangun, P.
1988).
2.2 Kesuburan gulma pada tanah
Dalam
dunia pertanian, tanah mempunyai peranan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya akar tanaman, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar,
tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi tumbuhan, tempat persediaan air bagi
tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Agar mampu menjalankan
peran-peran tersebut, maka tanah harus memiliki kesuburan dan kesehatan yang
baik. Kata ”kesuburan dan kesehatan tanah” sering kali digunakan secara
bersamaan. Pada kenyataannya ada dijumpai tanahnya subur tetapi tanaman yang
tumbuh di atasnya, tumbuh tidak sehat (Husnalita, dkk. 1996).
Kesuburan
tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat
kimia, fisika, dan biologi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan tanah bisa
diartikan suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara
sehat tanpa adanya gangguan apapun. Walaupun terdapat perbedaan definisi,
faktanya terkadang sulit membedakan antara kesuburan tanah maupun kesehatan
tanah karena pada keduanya terkait dengan sifat kimia, fisika, dan biologi
tanah. Ditinjau dari sudut kesuburan, tanah dipandang sebagai tempat
tumbuh tanaman dimana faktor yang sangat berpengaruh adalah tekstur tanah,
ketersediaan hara, aerasi, kemampuan mengikat tanah dll. Sedangkan
ditinjau dari sudut kesehatan tanah, tanah dipandang sebagai tempat
kehidupan, dimana kehidupan jasad-jasad makro dan mikro di dalam tanah harus
mampu mendukung kehidupan tanaman. Tanah yang subur akan memberikan pengaruh
yang baik pada tumbuhan yang tumbuh di atasnya, baik itu tanaman yang di
budidayakan maupun tanaman yang di budidayakan misalnya gulma . Kesuburan gulma
dipengaruhi oleh jenis tanah dimana gulma tersebut tumbuh karena jenis tanah
yang berbeda maka kesuburan gulma akan berbeda pula (Husnalita, dkk. 1996).
2.3 Pengaruh pupuk kandang
terhadap pertumbuhan gulma
Pupuk kandang sangat bermanfaat dalam meningkatkan
kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
Penggunaan pupuk organic akan mengembalikan bahan organik kedalam tanah yang
akan berpengaruh pada kesuburan tanah sehingga terjadi peningkatan produksi
tanaman. Pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah
ialah pupuk kandang (Chaeruddin 1996).
Pupuk kandang diberikan kedalam tanah untuk
menambah bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air
dan memacu aktivitas mikroorganisme. Kerugian penggunaan pupuk kandang ialah
selain dapat menyuburkan tanah juga dapat menyuburkan gulma, karena gulma akan
mudah tumbuh pada kondisi tanah yang subur. Penggunaan pupuk kandang mendorong
pertumbuhan gulma melalui biji atau bagian gulma yang tetap dapat tumbuh
meskipun sudah melaui proses pencernaan, terutama family Cyperaceae dan graminae,
sehingga dibutuhkan tanaman penutup tanah yang dapat segera menutup
permukaan tanah, sehingga secara langsung dapat menekan pertumbuhan gulma
secara alami. Tanaman penutup tanah yang dapat digunakan sebagai cover crop
ialah tanaman yang berasal dari family leguminoceae yang disebut LCC (Legume
Cover Crop) (Chaeruddin 1996).
2.4 Gulma teki
Gulma
teki atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang
biasa dijumpai di lahan terbuka.
Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis
ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan
mirip. Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian
mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu
bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat
efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Kelompok teki mencakup
semua anggota Cyperaceae (suku
teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus
rotundus) dan Scirpus moritimus (Anonim. 2012).
Morfologi
gulma teki akarnya pada rimpang yang sudah tua terdapat
banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam.
Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul
berupa rumpun. Batang rumput teki memiliki ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm.
Daun berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri
dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel
akar, dengan pelepah daun tertutup tanah. Bunga berwarna hijau kecoklatan,
terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas
kepala benangsari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir,
mengelompok menjadi satu berupa payung. Buahnya berbentuk
kerucut besar pada pangkalnya,
kadang-kadang melekuk berwarnacoklat, dengan panjang 1,5- 4,5 cm
dengan diameter 5-10 mm. Bijinya
berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu
dimana bulu ini dapat digunakan untuk proses penyerbukan (Aninim. 2012).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
gulma dengan judul kesuburan gulma di laksanakan pada hari Kamis tanggal 6
Desember 2012 pukul 09.50 sampai selesai. Bertempat di green hous Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat danBahan
3.2.1 Alat
Alat yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu talang plastic sebanyak 4 talang dengan
ukuran 2kg, timbagan, spidol, penggaris, camera dan alat tulis menulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu tanah, pupuk kandang air dan gulma teki (Cyperus
rotundus L) sebanyak 60 batang.
3.3 Proses Kerja
Dalam
percobaan ini prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Menimbang tanah dan pupuk kandang sesuai perlakuan
3.
Memberikan perlakukan sebagai berikut :
-
Mengisi talang pertama dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
1:0 ( Tanah sebanyak 1 kg tanpa pupuk kandang)
-
Mengisi talang keduan dengan media tanah dan pupuk kandang dengan
perbandinan 1:1 ( Tanah sebanyak 1 kg dan Pupuk kandang sebanyak 1 kg)
-
Mengisi talang ketiga dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandinan
2:0 ( Tanah sebanyak 2 kg tanpa pupuk kandang)
-
Mengisi talang keempat dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandinan
2:2 ( Tanah sebanyak 2 kg dan Pupuk kandang sebanyak 2 kg)
4.
Setelah talang terisi media, prosedur selanjutnya yaitu dengan menanam gulma
teki pada setiap talang, masing-masing talang di tanami dengan gulma teki
sebanyak 15 batang persatu talang.
5.
Mencatat hasil yang di peroleh dari pengamatan kesuburan gulma. Parameter
pengamatan yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari
percobaan kesuburan gulma yang telah dilakukan maka di peroleh di hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Data hasil pengamatan
perhitungan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun gulma teki
No
|
Jenis Pengamatan
|
Jenis Gulma
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
1
|
Tinggi
tanaman
|
Teki
|
11.83
cm
|
27,44
cm
|
14.09
cm
|
20.71
cm
|
2
|
Jumlah
Daun
|
Teki
|
4.16
helai
|
5.75
helai
|
5.56
helai
|
6.01
helai
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.2 Pembahasan
Dalam
praktikum gulma kali ini dengan judul percobaan kesuburan gulma dengan
menggunakan jenis gulma teki yang di tumbahkan pada talang yang berukuran 2kg
dengan menggunakan bahan pupuk kandang dan tanah yang di berikan perlakuaan
1:0, 1:1, 2:0 dan perlakuan 2:2 dengan pengamatan dilakukan selama dua minggu.
Pada talang pertama (I) yang di beri perlakuan dengan media tanah sebanyak 1 kg
tanpa pupuk kandang (1:0) diperoleh rata-rata tinggi tanaman 11,83 cm dengan
rata-rata jumlah daun sebanyak 4,16 helai. Untuk talang kedua (II) dengan
perlakuan media tanah sebanyak 1 kg dan pupuk kandang sebanyak 1 kg (1:1)
diperoleh rata-rata tinggi tanaman 27,44cm dengan rata-rata jumlah daun 5,75
helai. Talang ketiga (III) dengan perlakuan tanah sebanyak 2 kg tanpa pupuk
kandang (2:0) rata-rata tinggi tanamannya 14,09cm dan rata-rata jumlah daunnya
yaitu 5,56 helai. Sedangkan untuk talang keempat (IV) dengan perlakuan media
tanah sebanyak 2 kg dan pupuk kandang sebanyak 2 kg (2:2) di peroleh rata-rata
tinggi tanaman yaitu 20,71cm dengan rata-rata jumlah daun 6,01 helai.
Dari data
di atas dapat di ketahui bahwa terjadi perubahan kesuburan gulma teki yang
ditandai terjadinya perbedaan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun pada
masing-masing talang. Perbedaan tersebut di sebabkan karena perlakuan yang di
berikan berbeda-beda sehingga menyebabkan kesuburan gulma tersebut berbeda,
secara umum gulma yang diberikan perlakuaan pupuk kandang memiliki kesuburan
yang lebih bagus di bandingkan tanpa di beri pupuk kandang seperti yang
terlihat di table pada talang I dan talang ke III yang di beri perlakuan
tanpa pemberian pupuk kandang yang menyebabkan kesuburan gulma teki kurang
baik, terlihat jelas bahwa pupuk berperan penting pada kesuburan tanaman maupun
gulma yang termaksud dalam kategori tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Chaeruddin (1996) yang menyatakan bahwa “pupuk kandang adalah beberapa sumber
unsure hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dan sebagainya yang berperan dalam
menyuburkan tanaman, pupuk kandang yang diberikan kedalam tanah untuk menambah
bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air dan
memacu aktivitas mikroorganisme”, inilah yang menyebabkan kesuburan gulma pada
setiap talang berbeda-beda.
Selain
itu, juga di sebabkan karena factor-faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya perubahan kesuburan pada gulma teki tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat anonim (2012) yang menyatakan bahwa “perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman di sebabkan karena factor internal dan factor eksternal.
Factor internal di sebabkan dari tanaman itu sendiri misalnya karena gen dan
hormon tanaman tersebut, sedangkan factor eksternal di sebabkan karena factor
lingkungan dimana tanaman tersebut berbeda misalnya factor air, mineral, suhu,
cahaya matahari dan kelembaban yang menyebabkan kesuburan gulma (tinggi tanaman
dan jumlah daun) tersebut berbeda”.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum kesuburan gulma yang telah di lakukan maka di dapat di tarik
kesimpulan bahwa :
·
Talang
yang diberikan perlakuan dengan menggunakan pupuk kandang umumnya kesuburan
gulmanya lebih bagus. Seperti pada talang I dan IV dengan perlakuan tanah dan
pupuk kandang yang pemberian dosisinya seimbang
·
Penggunaan
pupuk kandang selain menyuburkan tanaman juga dapat menyuburkan tanah
·
Selain
dengan pemberian pupuk kandang, kesuburan gulma juga di sebabkan karena adanya
factor internal dan factor eksternal.
5.2 Saran
Adapun
saran yang dapat saya berikan untuk praktikum gulma ini yaitu sebaiknya
membangun hubungan komunikasi yang baik antar praktikan dan asisten. Dan saran
saya untuk percobaan kesuburan gulma yaitu sebaiknya dalam menyuburkan gulma di
gunakan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang yang memiliki dosis
seimbang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym
(2012). Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah. Di akses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 19.00
WITA.
Bangun, P.
1987. Present status of weed problems in different food crops in Indonesia.
Report of the ASEAN PLANTI Tech Meet.on Standardization of wwed interception.
Manila, Philippines. 15 pp.
Chaeruddin 1996. Gulma. http://dennisruswanda.blogspot.com/2012/04/gulma.html. Di akses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 19.00
WITA.
Husnalita, dkk. 1996. Aplikasi Pupuk Kandang dan Tanaman Sela
(Crotalaria juncea L.) Pada Gulma. http://pustakapertanianub.staff.ub.ac.id/files/2012/05/jurnal-tari.pdf. Di akses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 19.00
WITA
LAMPIRAN
Klasifikasi gulma teki
-
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
-
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
-
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
-
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
-
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
-
Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Cyperales
-
Famili: Cyperaceae Genus: Cyperus
-
Spesies: Cyperus rotundus L.
Data Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Minggu I
Tabel 1. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
1:0 ( Talang I )
No
|
Pengamatan Minggu I
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
23,7
|
4
|
2
|
18
|
7
|
3
|
19
|
6
|
4
|
26
|
5
|
5
|
20
|
6
|
6
|
14
|
3
|
7
|
11
|
9
|
8
|
18,2
|
8
|
9
|
16
|
12
|
10
|
17,8
|
7
|
11
|
11,3
|
9
|
12
|
12
|
7
|
13
|
16,2
|
3
|
14
|
19,1
|
9
|
15
|
21,4
|
3
|
∑
|
17,58
|
6
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 2. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
1:1( Talang II )
No
|
Pengamatan Minggu I
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
19,2
|
7
|
2
|
30
|
4
|
3
|
36
|
5
|
4
|
42
|
8
|
5
|
36,5
|
5
|
6
|
19,8
|
6
|
7
|
20,2
|
7
|
8
|
27
|
6
|
9
|
25,3
|
8
|
10
|
40
|
5
|
11
|
35,6
|
8
|
12
|
20,6
|
4
|
13
|
24,9
|
5
|
14
|
19,2
|
7
|
15
|
24,2
|
5
|
∑
|
28
|
6
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 3. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
2:0 ( Talang III )
No
|
Pengamatan Minggu I
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
15,2
|
9
|
2
|
13,5
|
9
|
3
|
16,8
|
5
|
4
|
20,3
|
7
|
5
|
14,1
|
8
|
6
|
14,2
|
8
|
7
|
22,2
|
9
|
8
|
17,7
|
11
|
9
|
21,8
|
5
|
10
|
17,2
|
6
|
11
|
19,8
|
7
|
12
|
23
|
7
|
13
|
18
|
7
|
14
|
19,2
|
7
|
15
|
19,4
|
8
|
∑
|
18
|
7
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 4. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
2:2 ( Talang IV )
No
|
Pengamatan Minggu I
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
23,4
|
6
|
2
|
27
|
8
|
3
|
24,4
|
8
|
4
|
23,7
|
6
|
5
|
16,2
|
7
|
6
|
15
|
8
|
7
|
38,5
|
6
|
8
|
21,8
|
8
|
9
|
31
|
6
|
10
|
17,2
|
6
|
11
|
24,5
|
7
|
12
|
16,1
|
5
|
13
|
7,5
|
10
|
14
|
12,7
|
5
|
15
|
26,1
|
7
|
∑
|
21
|
6
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Hasil Pengamatan Minggu II
Tabel 1. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
1:0 ( Talang I )
No
|
Pengamatan Minggu II
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
23,9
|
4
|
2
|
18,5
|
7
|
3
|
19,2
|
6
|
4
|
26.4
|
5
|
5
|
20,3
|
6
|
6
|
14,2
|
3
|
7
|
11,5
|
9
|
8
|
18,6
|
8
|
9
|
16,3
|
12
|
10
|
18,2
|
7
|
11
|
11,5
|
9
|
12
|
12,3
|
7
|
13
|
16,7
|
3
|
14
|
19,3
|
9
|
15
|
21,7
|
3
|
∑
|
17,91
|
6,5
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 2. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
1:1 ( Talang II )
No
|
Pengamatan Minggu II
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
19,9
|
7
|
2
|
30,3
|
4
|
3
|
36,8
|
5
|
4
|
42,2
|
8
|
5
|
36,8
|
5
|
6
|
20,2
|
6
|
7
|
20,4
|
7
|
8
|
27,3
|
6
|
9
|
25,5
|
8
|
10
|
40,2
|
5
|
11
|
35,8
|
8
|
12
|
25,2
|
5
|
13
|
21,1
|
4
|
14
|
19,4
|
7
|
15
|
24,6
|
5
|
∑
|
27,39
|
6
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 3. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
2:0 ( Talang III )
No
|
Pengamatan Minggu II
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
16.0
|
9
|
2
|
15.0
|
9
|
3
|
16.5
|
5
|
4
|
20.5
|
7
|
5
|
14.5
|
8
|
6
|
14.4
|
8
|
7
|
22.5
|
9
|
8
|
18.0
|
11
|
9
|
22.6
|
5
|
10
|
17.2
|
6
|
11
|
20.0
|
7
|
12
|
23.2
|
7
|
13
|
18.4
|
7
|
14
|
20.1
|
7
|
15
|
19.8
|
8
|
∑
|
18.58
|
7,5
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 4. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
2:2 ( Talang IV )
No
|
Pengamatan Minggu II
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
23.8
|
6
|
2
|
27.5
|
8
|
3
|
24.7
|
8
|
4
|
24.2
|
6
|
5
|
16.4
|
7
|
6
|
15.3
|
8
|
7
|
39.0
|
7
|
8
|
22.1
|
8
|
9
|
31.3
|
6
|
10
|
17.5
|
6
|
11
|
24.0
|
7
|
12
|
16.6
|
5
|
13
|
7.9
|
10
|
14
|
21.8
|
5
|
15
|
26.5
|
7
|
∑
|
22.57
|
6.9
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
4.1.3 Hasil
Tabel 1. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
1:0 ( Talang I )
No
|
Pengamatan Minggu III
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
6
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
8
|
0
|
0
|
9
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
11
|
0
|
0
|
12
|
0
|
0
|
13
|
0
|
0
|
14
|
0
|
0
|
15
|
0
|
0
|
∑
|
0
|
0
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 2. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
1:1 ( Talang II )
No
|
Pengamatan Minggu III
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
27
|
5
|
2
|
26
|
5
|
3
|
25.5
|
3
|
4
|
25
|
5
|
5
|
36.5
|
7
|
6
|
23.8
|
6
|
7
|
23.2
|
5
|
8
|
30.2
|
3
|
9
|
20
|
6
|
10
|
21.6
|
6
|
11
|
22.3
|
7
|
12
|
27
|
4
|
13
|
33.7
|
5
|
14
|
49.5
|
7
|
15
|
13
|
5
|
∑
|
26.9533
|
5.266666667
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 3. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
2:2 ( Talang IV )
No
|
Pengamatan Minggu III
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
9
|
5
|
2
|
21.4
|
3
|
3
|
11
|
5
|
4
|
13
|
5
|
5
|
9
|
5
|
6
|
10
|
7
|
7
|
12
|
3
|
8
|
0
|
0
|
9
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
11
|
0
|
0
|
12
|
0
|
0
|
13
|
0
|
0
|
14
|
0
|
0
|
15
|
0
|
0
|
∑
|
5.693333333
|
2.2
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Tabel 4. Data
Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
·
Perlakukan
2:0 ( Talang III )
No
|
Pengamatan Minggu III
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
|
1
|
6.5
|
5
|
2
|
23
|
8
|
3
|
25.2
|
6
|
4
|
14
|
4
|
5
|
8.5
|
5
|
6
|
23
|
5
|
7
|
21
|
5
|
8
|
22
|
5
|
9
|
40
|
5
|
10
|
10
|
4
|
11
|
25
|
4
|
12
|
16.5
|
7
|
13
|
11.5
|
4
|
14
|
12.5
|
6
|
15
|
20
|
4
|
∑
|
18.58
|
5.13
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !