Headlines News :
Home » » LAPORAN VERTIKULTUR

LAPORAN VERTIKULTUR

Written By Al Az Ari on Jumat, 01 November 2013 | 00.00

I.  PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata “vertical” dan “culture” yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal, sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat.  Teknik ini berawal dari gagasan “vertical garden” yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun 1945 yang lalu.  Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin.
Sayuran  merupakan  salah satu komoditi sebagai  sumber bahan pangan yang bergizi, karena pada sayuran mengandung zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sumber  Vitamin  A, B, C ,Protein dan mineral. Budidaya sayuran sangat mudah tergantung dari kemauan dan ketersedian lahan. Bisa di lahan sawah ,di kebun, di pekarangan  bisa ditanam langsung atau dengan  sistim  tabulapot  dan  Sistim Vertikultur. Untuk masyarakat perkotaan yang pada umumnya memiliki lahan pekarangan sempit  dan bahkan tidak  memilikin lahan  budidaya sayuran dengan sistim Vertikultur  salah satu alternatif yang  paling memungkinkan.
Peningkatan produksi sayuran di Indonesia umumnya disebabkan adanya pembukaan areal tanam baru. Namun, pembukaan areal tanam baru dapat menimbulkan peningkatan biaya produksi. Selain itu penggunaan input kimiawi (pestisida) yang tidak terkontrol menyebabkan produksi dan kualitas sayuran menurun. Oleh karena itu diperlukan teknik budidaya yang memerhatikan penggunaan input sesuai kebutuhan tanaman.
Salah satu solusi teknik budidaya yang dapat memenuhi input sesuai kebutuhan tanaman adalah teknik budidaya tanaman pada media tanam selain tanah dengan pemberian komposisi dan jumlah unsur hara yang tepat. Budidaya tanaman menggunakan teknik ini dapat menghasilkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
    Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui dan menguasai sistem budidaya tanaman sayuran secara vertikultur,Dapat mengaplikasikan sistem budidaya secara vertikultur sebagai solusi lahan sempit.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan ajar bagi mahasiswa agar mahasiswa mengetahui cara bercocok tanam dengan sistem vertikultur dan hidroponik.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vertikultur
Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di pemukiman yang padat penduduknya. Kelebihan dari sistem pertanian vertikultur adalah : 1) efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,(4) dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5) mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman.
Jenis tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur ini sangat banyak, biasanya dari komoditas sayuran, tanaman hias ataupun komoditas tanaman obat. Dari komoditas sayuran antara lain : sawi, kucai, pakcoi, kangkung, bayam, kemangi, caisim, seledri, selada bokor dan bawang daun. Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur ini dapat dilakukan di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan juga meminimalisirkan pengeluaran keluarga (Anonim, 2013).
2.2. Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu teknik pertanian modern yang sering terdengar dalam dunia pertanian khususnya dalam ruanglingkup Fakultas Pertanian, namun praktikum atau pembelajaran tentang hidroponik masih kurang sehingga menimbulkan inisiatif bagi penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan tentang hidroponik sayuran untuk menambah wawasan tentang teknik bercocok tanam. Selain itu sayuran merupakan salah satu tanaman pangan penting bagi ketahanan pangan nasional. Tanaman ini memiliki karagaman yang luas dan menjadi sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan berbagai mineral penting bagi tubuh. Produksi di Indonesia mengalami peningkatan dengan laju peningkatan sekitar 7 – 22,4% per tahun. Sedangkan konsumsi sayuran per tahun tercatat 44 kg/kapita/tahun (Suwandi 2009).
Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki barbagai keuntungan. Roberto (2004) menyatakan beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida; mengurangi penggunaan areal tanam yang luas; meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, dan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo 2008).
Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bartanam dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung. Pengaturan secara kebutuhan input tanaman secara langsung dapat mengoptimalkan potential genetic tanaman (Resh 1980, Sudarmodjo 2008).


2.3. Bayam
Bayam (Amaranthus spp. L) termasuk dalam famili Amaranthaceae dan merupakan salah satu jenis sayuran daun daerah tropis penting, seperti di Indonesia. Bayam biasanya dikonsumsi sebagai sayuran hijau dan banyak mengandung vitamin serta mineral.
Di Indonesia terdapat tiga jenis bayam, yaitu :
1.    Amaranthus tricolor, merupakan bayam cabut yang banyak diusahakan oleh petani, batangnya berwarna merah (bayam merah) dan ada pula yang berwarna hijau keputih–putihan.
2.    Amaranthus dubius, merupakan bayam petik, pertumbuhannya lebih tegak, berdaun agak lebar sampai lebar, warna daun hijau tua dan ada yang berwarna kemerah-merahan. Biasanya dipelihara di halaman rumah.
3.    Amaranthus cruentus, merupakan jenis bayam yang dapat ditanam sebagai bayam cabut dan juga bayam petik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar, berwarna hijau keabu-abuan dan dapat dipanen secara cabutan pada umur 3 minggu.
PERSYARATAN TUMBUH
Bayam cocok ditanam pada hampir setiap jenis tanah dan dapat tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian sampai dengan 1000 m dpl. Waktu tanam bayam yang terbaik adalah pada awal musim hujan antara bulan Oktober–Nopember atau pada awal musim kemarau antara bulan Maret–April. Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur dengan kisaran pH 6-7.

BUDIDAYA TANAMAN
1. Benih
Varietas yang dianjurkan adalah Giti Hijau, Giti Merah, Kakap Hijau, Bangkok dan Cimangkok. Tanaman bayam dikembangbiakkan melalui biji. Biji bayam yang dijadikan benih harus berumur cukup tua (3 bulan). Benih yang muda tidak tahan disimpan lama dan daya kecambahnya cepat menurun. Benih bayam yang cukup tua dapat disimpan lama sampai satu tahun. Benih bayam tidak memiliki masa dormansi. Keperluan benih bayam adalah sebanyak 5 – 10 kg tiap hektar atau 0,5 – 1  g tiap m2.
2. Persiapan Lahan, Persemaian dan Penanaman
Lahan untuk pertanaman bayam perlu diolah lebih dahulu dengan dicangkul sedalam 20–30 cm supaya gembur. Setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur, untuk mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan 1 m, sedangkan panjang bedengan dapat dibuat tergantung ukuran/bentuk lahan. Setelah diratakan, bedengan diberi pupuk kandang kuda atau ayam dengan dosis 10 ton/ha atau 1 kg/10 m2 bila kondisi tanahnya kurang subur (kandungan bahan organiknya rendah). Lahan yang kaya bahan organik  tidak perlu diberikan pupuk kandang lagi. Selanjutnya, pupuk buatan diberikan dengan dosis  N 120 kg, P2O5 90 kg dan K2O 50 kg per hektar atau setara  dengan Urea 30 g, TSP 20 g dan KCl 10 g tiap m2  luas bedengan. Pupuk tersebut disebar rata dan diaduk pada bedengan, kemudian permukaannya diratakan.
Penanaman benih bayam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu menyebar biji langsung pada bedengan, menyebar langsung pada larikan/barisan, dan melalui persemaian lebih dahulu
•    Cara disebar langsung biasanya digunakan untuk penanaman bayam cabut. Biji disebar langsung secara merata di atas permukaan bedengan kemudian ditutup tipis dengan tanah (tebalnya kurang lebih 1 – 2 cm).
•    Biji dapat juga disebarkan pada larikan/barisan dengan jarak antar barisan 10 – 15 cm, kemudian ditutup kembali dengan lapisan tipis tanah.
•    Persemaian umumnya digunakan untuk  penanaman bayam petik. Benih disemai, kemudian setelah tumbuh (kurang dari 10 hari), bibit dibumbun dan dipelihara selama kurang lebih 3 minggu sampai siap dipindah ke lapangan. Jarak tanam pada sistem ini adalah 50 cm x 30 cm.
3.  Pemeliharaan
Tanaman bayam khususnya A. tricolor jarang terserang penyakit yang ditularkan melalui tanah. Oleh karena itu, rotasi tanaman tidak merupakan keharusan. Tanaman bayam dapat berproduksi dengan baik meskipun ditanam pada  tanah yang telah beberapa kali ditanami dengan bayam, asalkan kesuburan tanahnya selalu dipertahankan, misalnya dengan pemupukan yang teratur.
Kebutuhan air untuk tanaman harus diperhatikan. Tanaman bayam yang masih muda (sampai minggu pertama setelah tanam) memerlukan air sebesar kurang lebih 4 mm/tanaman atau 4 l/m2 dalam sehari. Menjelang dewasa tanaman ini memerlukan air sekitar 8 mm atau 8 l/m2 setiap harinya. Penyiangan rumput secara khusus pada pertanaman bayam petik tidak terlalu diperlukan, namun diperlukan pada  pertanaman bayam cabut.
4.  Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)   
Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya ulat daun, kutu daun, pengorok daun dan belalang. Jika terpaksa harus menggunakan insektisida, gunakan jenis insektisida yang aman dan mudah terurai seperti insektisida biologi, insektisida nabati atau insektisida piretroid sintetik.
Sedangkan penyakit biasanya kurang merugikan tanaman bayam terutama jika lingkungan sekitar pertanaman terpelihara, seperti drainase baik, cahaya matahari maksimum dan pemupukan tidak terlalu banyak. Penyakit yang sering dijumpai adalah rebah kecambah (Rhizoctonia solani) dan penyakit karat putih (Albugo sp.)
5.  Panen dan Pascapanen
Bayam cabut biasanya dipanen apabila tingginya sudah  mencapai kira–kira 20 cm, yaitu pada umur antara tiga sampai empat minggu setelah tanaman tumbuh. Tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya atau dengan cara memotong pada bagian pangkal sekitar 2 cm di atas permukaan tanah. Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur antara satu sampai setengah bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali. Produksi tanaman bayam yang dipelihara dengan baik dapat mencapai 5 sampai 10 ton/ha.
Penanganan pasca panen bayam terutama diarahkan untuk mempertahankan kesegarannya, yaitu dengan cara menempatkan bayam yang baru dipanen di tempat berair, merendam bagian akarnya dan transportasi (pengiriman produk) dilaksanakan secepat mungkin.

III. METODE PERCOBAAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura, dilaksanakan di Lahan Praktikum Budidaya Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari jumat, tepatnya pukul 16.30 sampai selesai, yang berlangsung selama bulan Oktober – Desember 2013.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Vertikultur
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah talang persegi, ATK, ember, pipa paralon.
Adapun bahan yang digunakan adalah bibit tanaman pak choy, arang sekam, pupuk organic dan air.
3.2.2. Hidroponik
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah talang persegi, ATK, ember, air dan Nutrisi
Adapun bahan yang digunakan adalah bibit tanaman aram sekam dan pupuk organic dan pasir.



3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Vertikultur
Langkah- langkah yang dilaksanakan dalam praktikum vertikultur adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menanam bibit  pak choy.
3. Memasukkan pupuk organic dan arang sekam ke dalam pipa paralon yang telah terdapat di screen house.
4. Memindahkan bibit setelah berumur satu minggu ke dalam pipa paralon.
5. Mengamati perkembangan  setiap minggunya.
3.3.2. Hidroponik
Langkah kerja budidaya tanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyemaiakan benih di dalam talang yang berisi aram sekam dan pupuk organic dan pasir.
3. Meyiapkan media tanam.
4. Memindahkan bibit setelah berumur beberapa hari.
5. Memeberikan nutrisi melalui air.




IV. HASIL DAN PEMBAHASN
4.1. Hasil
4.1.1. Vertikultur
Dari percobaan Vertikultur yang telah dilakukan, maka di peroleh hasil sebagai berikut :

4.2. Pembahasan
4.2.1. Vertikultur
    Dari percobaan Vertikultur yang telah dilakukan pada pertanaman sawi adalah sebagai berikut yaitu sampel sawi 1 memiliki jumlah daun 11 helai dan tinggi 21 cm. Sampel sawi 2 memiliki 7 helai daun dengan tinggi tanaman 17,5 cm. Sampel sawi 3 memiliki jumlah daun 10 helai dengan tinggi tanaman 21 cm. dengan percobaan vertikultur pada sawi ini bias dikatakan berhasil, karena tanaman sawi tumbuh subur denag system vertikultur
Sistem budidaya vertikultur tidak semua jenis tanaman dapat dibudidayakan, namun terbatas pada tanaman yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan media tanam.Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak membebani media tanam vertikultur.
4.2.2. Hidroponik
    Dari percobaan Hidroponik yang telah dilakukan pada tanaman bayam, dimana hasil pengukurannya adalah sebagai berikut, Sampel bayam 1 memiliki jumlah daun 19 helai dengan tinggi 49 cm. Sampel bayam 2 meiliki jumlah daun 14 helai dengan tinggi 45,5 cm. an pada sampel bayam 3 meiliki jumlah daun 20 helai dengan tinggi 48,4 cm. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik Hidroponik adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida; mengurangi penggunaan areal tanam yang luas; meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, dan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan maka ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya yaitu:
1.    Metode hidroponik ini memeiliki berbagai keunggulan diantaranya adalah penghematan dalam hal pemberian pupuk yang diganti denga pemberian nutrisi melalui media tanam air dan tingkat serangan hama dan penyakit berkurang karena medianya yang tidak akan mudah ditumbuni jamur dan tidak akan ada perkembangan hama.
2.    Kelebihan dari sistem pertanian vertikultur adalah : 1) efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,(4) dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5) mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman
3.    Tanaman yang cocok untuk budidaya tanaman hortikultura dengan sistem vertikultur adalah tanaman sayur-sayuran dan termasuk didalamnya sawi. Karena tanaman sawi memiliki perakaran dangkal sehingga tidak merusak wadah tanam.


5.2. Saran
Saran sebaiknya dalam proses praktikum berlangsung Asisten dan Praktikan lebih aktif dalam praktikum sehingga dapat memahami tujuan utama dan metode percobaan


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013.http://andy-hamonangan.blogspot.com/2009/06/peralatan-hidroponik-floating rakit.html (Diakses tanggal 7 Maret 2012)
Anonim, 2013. http://hijaunya.wordpress.com/category/laporan-praktikum/ (Diakses tanggal 6 Maret 2012)
Suwandi, 2009. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.



Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

jadilah bagian dari seribu orang yang menyukai blog ini, dengan mengikuti kami di Laman Facebook. Budidaya Pertanian, mengenai kritik dan saran kami sangat mengharapkan demi sempurnanya informasi yang kami sampaikan
 
Support : Facebook: AL AZ ARI/'>Ari Sandria | Agronomi Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AGRONOMI UNHAS - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template