Headlines News :
Home » » Ketika Bulukumba Sudah Tidak Berlayar

Ketika Bulukumba Sudah Tidak Berlayar

Written By Al Az Ari on Sabtu, 01 Februari 2014 | 13.17

Ketika Bulukumba Sudah Tidak Berlayar
Oleh    : AL AZ ARI
Bulukumba yang berjarak sekitar 150 km arah selatan kota makassar. Kabupaten dengan jumlah penduduk 394.757 jiwa (Badan Pusat Statistik (BPS) Bulukumba, 2010) dan memiliki luas wilayah 1.154,67 Km², sebuah kabupaten yang memiliki karakteristik wilayah yang lengkap. Pada bagian selatan hingga utara kabupaten ini, kita dapat menemui pantai dan laut lepas yang membentang sepanjang 164 km yang membentuk setengah lingkaran mulai dari perbatasan Kabupaten Bantaeng hingga perbatasan Kabupaten Sinjai, pada bagian timur berbukit-bukit dari batu cadas dan kapur, sedangkan pada bagian utara terdapat wilayah dataran tinggi yang bersentuhan langsung dengan pegunungan Lompobattang dan Bawakaraeng.
Di tinjau dari letak geografisnya Bulukumba memiliki banyak potensi dari pertanian, perkebunan, kehutanan, tambang galian dan berbagai jenis flora dan fauna serta pantai, laut, dan sungai yang merupakan potensi pengembangan obyek wisata. Dibandingkan dengan Kabupate lain yang ada di Sulawesi selatan, Bulukumba lebih memiliki kekayaan alam,, namun realitas yang terjadi sekarang angka kemiskinan 21.460 jiwa tersebar di 10 kecamatan (dikutip di sndownews.com) walaupun angka ini sudah menurun dari data sebelumnya namun tentunya ini masih menimbulkan banyak pertanyaan, sampai kapan pemerintah dapat mengelolah sumber daya alam yang ada, sehingga kemiskinan sudah tidak ada lagi dan masyarakat semakin optimis untuk bisa tetap mencari  nafkah di kampung halaman sendiri tentunya itu adalah harapan kita bersama. Kita sudah terlalu  banyak kehilangan warga Bulukumba yang menjadi TKI di Negara lain, dia adalah bagian dari kita mereka adalah keluarga kita yang seyogyanga wajib menetap dan mencari nafkah di kampung sendiri
 “Bulukumba Berlayar” yang merupakan akronim dari Bersih Lingkungan Alam Yang Ramah. filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan yaitu sejarah, kebudayaan dan keagamaan. Setlah disosialisasikan selama kurang lebih dua tahun disetiap sudut kota dan daerah lain pada umumnya, akhirnya pada tahun 1996 disepakati penggunaannya sebagai konsepsi moral pembangunan lahir batin.
Kemudian secara harfiah, “berlayar” merupakan sebuah proses perjalanan untuk mencapai sebuah tujuan. Berbicara tentang pelayaran, tentunya tidak lepas dari peran seorang nakhoda yang handal. Jika, Bulukumba diibaratkan sebuah perahu Pinisi maka saat ini yang memegang kendali terhadap tujuan pelayaran tersebut adalah Zainuddin Hasan Bupati terpilih untuk periode 2010-2015.
Bulukumba dengan semboyang berlayar atau  (Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah)  seakan mengaskan kepada siapa saja yang berkunjung bahwa Bulukumba adalah daerah yang bersih, tapi tidak untuk saat sekarang ini Bulukumba masih jauh dengan pelayarannya, saya teringat ketika saya masih duduk di bangku sma, dengan jarak tempuh sekitar 21 kilometer untuk sampai di sekolah itu memerlukan waktu yang cukup lama 1 stengah jam untuk smpai padahal normalnya stengah jam, ini karena factor banyaknya lubang yang ada di jalan maka sangat lucu ketika masyarakat yang ada disana menanam pisang di tengah  jalan yang berlubang, tentunya ini adalah salah satu bentuk protes warga terhadap pemerintah dan saya kira sangat wajar masyarakat melakukan hal itu, Bulukumba masih berlayar sampai dengan saat ini itu nyata, Nah bagaimana ketika Bulukumba sudah tidak berlayar lagi.?. saya kira hal demikian akan terjadi ketika para pejabat yang ada di Bulukumba hanya terus  konsentrasi untuk merebut atau mempertahankan tahta, sehingga pemikiran untuk memperbaiki dan memajukan daerah hampir diabaikan. Kenyataan tersebut tidak dapat kita tolak, karena demikianlah salah satu efek samping dari demokrasi yang baru tumbuh di seantero negeri ini. Selain itu beberapa tahun terakhir (kabupaten ini hampir selalu diberi pinalty terkait dengan terlambatnya pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), banyak kalangan yang berpendapat  kondisi ini disanyalir karena tidak harmonisnya hubungan antara legislatif dan eksekutif, namu yang lebih parah lagi kearifan local kini semakin terkikis karena kita sudah mulai terhegemoni oleh dunia eksternal kita sudah mulai menanamkan pola hidup konsumtif yang akan berdampak buruk pada generasi pelanjut, tentunya ini adalah hal yang urjen dan harus di perhatikan oleh pemerintah.  Jangan sampai ketika Bulukumba Berlayar akan kehabisan bahan bakar di tengah jalan,, akan fatal akibatnya. Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah dan nyawa Bung, tidak sewajarnya kita menyia-nyiakan hal demikian, tidak sewajarnya kita mengambil hak-hak orang lain, dan jangan sampai layar akan patah karena ulah kita sendiri.
Sekiranya pemerintah dapat mengambil contoh kepada kabupaten tetangga yakni Kabupaten, Bantaeng yang kini sudah menjelma sebagai daerah yang jauh lebih meningkat dari daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, ini karena kerja keras dari pemerintah dan di topang oleh warga. Bulukumba sepertinya bisa lebih dari daerah lain ketika kerja keras dan kemauan yang tinggi dan di sertai juga kesadaran masyarakat untuk mau berbenah. Dan menghindari sifat apatisme, karena sifat inilah yang membuat pergerakan akan sempit mari menanamkan sifat mali siparappe tallang sipahua semboyang itu sangat bermamfaat ketika kita betul-betul memahami makna tersebut , Kebersamaan atau semangat gotong royong adalah langka ampuh untuk bisa berbenah, perjuangan dan kerja keras akan semakin terwujud ketika sudah mampu melawan ego yang pada diri kita. Perjuangan sesungguhnya adalah ketika kitah sudah mampu mengalahkan rasa egois.
Jika hal ini terwujud maka suatu saat nanti masing-masing dari masyarakat Bulukumba secara individu akan mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan selama bersama-sama melakukan pelayaran menuju pulau harapan, tanpa diberikan aba-abapun kita mampu menyadari kapan melepas atau menarik jangkar, kapan bahu-membahu membentangkan layar, dan hal-hal lain untuk mewujudkan cita-cita bersama menuju pulau pengharapan (visi) yang dinantikan bersama.
Semoga tanda-tanda untuk menuju kesana mulai terealisasi. Hingga suatu saat siapapun yang memimpin, harapan untuk mencapai visi bersama tak pernah redup semangat kebersamaan dalam prinsip Mali’ Siparappe, Tallang Sipahua tetap tegar di tengah hantaman gelombang modernisasi yang perlahan mulai mengikis sendi-sendi lokalitas Butta Panrita Lopi......









Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

jadilah bagian dari seribu orang yang menyukai blog ini, dengan mengikuti kami di Laman Facebook. Budidaya Pertanian, mengenai kritik dan saran kami sangat mengharapkan demi sempurnanya informasi yang kami sampaikan
 
Support : Facebook: AL AZ ARI/'>Ari Sandria | Agronomi Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AGRONOMI UNHAS - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template