Ada bebrapa jenis bakteri penambat nitrogen yang berasosiasi dengan perakaran tanaman. Bakteri yang mempu meningkatkan hasil tanaman tertentu apabila diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu Azospirillum dan Azotobacter . Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan, termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Sampai saat ini ada tiga species yang telah ditemukan dan mempunyai kemampuan sama dalam menambat nitrogen, yaitu Azospirillum brasilense, A. lipoferum, dan A. amazonese . Azospirillum merupakan salah satu jenis mikroba di daerah perakaran.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran, meningkatkan jumlah akar rambut, menyebabkan percabangan akar lebih berperan dalam penyerapan hara. Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah. Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini tidak berkelanjutaan, tetapi apabila Azospirillum yang berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu menambat nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih panjang. Keadaan ini relatif lebih menguntungkan karena dapat mengurangi pasokan pupuk nitrogen. Di samping itu, Azospirillum meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen dan menurunkan kehilangan akibatan pencucian, denitrifikasi atau bentuk kehilangan nitrogen lain. Azotobacter spp. juga merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di daerah perakaran. Dijumpai hampir pada semua jenis tanah, tetapi populasinya relatif rendah. Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen, bakteri ini juga menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon pertumbudhan tanaman dan menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum , Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan nitrogen udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi dengan mikroba lain dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.
Ada dua pengaruh positif Azotobacter terhadap pertumbuhan tanaman yaitu mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan dtanaman. Peranan bakteri ini terhadap perkecambahan tidak banyak diminati, meskipun demikian cukup banyak penelitian yang mengarah pada peranan Azotobacter dalam meningkatkan daya kecambah benih tanaman tertentu. Kenaikan hasil tanaman setelah diinokulasi Azotobacter sudah banyak diteliti, Di India inokulasi Azotobacter pada tanaman jagung, gandum, cantel, padi, bawang putih, tomat, terong, dan kubis ternyata mampu meningkatkan hasil tanaman tersebut. Apabila Azotobacter dan Azospirillum diinokulasikan secara bersama-sama, maka Azospirillum lebih efektif dalam meningkatkan hasil tanaman. Azospirillum menyebabkan kenaikan cukup besar pada tanaman jagung, gandum dan cantel (Sutanto, 2002)..
Multifungsi Pupuk Organik, Hayati, dan ZPT
Di dalamnya, antara lain terkandung C-Organik, pelbagai macam bakteri, dan hormon atau zat perangsang tumbuh.
Banyak fungsi pupuk organik, pupuk hayati, dan hormon atau zat perangsang tumbuh (ZPT).
Tanah yang subur itu, kandungan C-organiknya itu minimal 4%. Tapi, sayangnya, banyak tanah kita, terutama di Jawa dan Bali, kandungan C-organiknya 1% ke bawah sehingga patut diduga, tanah kita sakit. “Tanah kita harus dikasih C-organik tinggi agar menjadi subur,” kata Wayan Supadno, formulator pupuk bio-organik.
Selain C-organik, di dalam pupuk hayati terdapat berbagai bakteri-baik seperti Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Pseudomonas, Bacillus, dan bakteri pelarut fosfat. Berasosiasi dengan tanaman legum (kacang-kacangan), Rhizobium mampu memfiksasi (menambat) 100 – 300 kg nitrogen per hektar. Selain itu, Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen pada tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10% - 25%.
Azospirillum, juga tergolong bakteri yang bijak dalam menambat nitrogen dari udara. Lebih dari 79% nitrogen berada di udara. Selain bisa menambat nitrogen, bakteri ini juga dapat menghasilkan fitohormon atau zat perangsang tumbuh seperti sitokinin, auksin, giberelin, asam absisat, asam traumalin, dan etilena. Karena itulah, di dalam pupuk bio-organik ini, terdapat bermacam fitohormon atau zat perangsang tumbuh tersebut.
Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel, meningkatkan jumlah dan ukuran daun, serta menunda penuaan daun, bunga, dan buah. Auksin berfungsi dalam merangsang dan mempercepat pertumbuhan akar, batang, dan tunas. Giberelin berperan dalam proses perkecambahan. Asam absisat memungkinkan tumbuhan untuk menahan kekeringan. Asam traumalin berperan dalam proses penyembuhan luka pada tumbuhan. Sedangkan etilena, berperan dalam pematangan dan merangsang pembuangaan serempat.
Selain Rhizobium dan Azospirillum, ada juga bakteri Azotobacter yang berperan menambat nitrogen. Selain menambat nitrogen, Azotobacter pun bisa menghasilkan sejenis hormon pertumbuhan. Sementara Pseudomonas melarutkan fosfat, menghasilkan fitohormon, dan mengendalikan penyakit antraknosa (patek) pada cabai.
Sedangkan Bacillus, mampu bertindak sebagai imunomodulator, yang berperan menguatkan sistem kekebalan tanaman. “Bagi saya, number one itu adalah imunomodulator, yang membuat stamina tanaman menjadi bagus,” kata Wayan Supadno. “Esensinya, meningkatkan stamina dengan membuat sistem imunomodulator. Percuma banyak Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, dan Pseudomonas kalau tidak ada Bacillus (memperkuat sistem kekebalan tanaman),” tambah formulator bio-organik itu.
Syatrya Utama
Potensi Multifungsi Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Hormon/Zat Perangsang Tumbuh.
No. JENIS MANFAAT
1. C-ORGANIK 1. Memberikan nutrien yang penting untuk pertumbuhan
Tanaman (Leu, 2007)
2. Memperbaiki struktur dan memantapkan agregat tanah
(Yulnafatmawita, 2004)
3. Menjadi substrat bagi mikro-organisme (Rao, 1994)
4. Indikator kesuburan tanah (Foth, 1998)
2. BAKTERI
a. Rhizobium 1. Memfikasasi nitrogen (Rao, 1994)
2. Berasosiasi dengan tanaman legum, mampu memfiksasi
100 – 300 kg N/ha.
3. Mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkat produksi antara 10% - 25% (Sutanto, 2002)
b. Azospirillum 1. Menambat nitrogen (Rao, 1994)
2. Menghasilkan hormon pertumbuhan Asam Indol Asetat
(auksin), sitokinin, dan giberellin (Oda dan
Vanderleyden, 2000).
3. Menyebabkan percabangan akr lebih berperan dalam
penyerapan hara jika berasosiasi di daerah perakaran
(Sutanto, 2002).
c. Azotobacter 1. Menambat nitrogen (Rao, 1994)
2. Menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama
dengan hormon pertumbuhan tanaman dan menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu (Rahmawaty, 2010).
3. Mampu menghasilkan auksin ((Azcon & Barea, 1975)
4. Mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif dapat meningkatkan perkecambahan biji, tegakan, dan pertumbuhan tanaman seperti vitamin B, Asam Indol Asetat, giberelin, dan sitokinin (Berkum & Bohlool, 1980).
5. Tanaman yang diinokulasi Azotobacter, nyata memperbaiki perkembangan tajuk, akar, dan tinggi tanaman (Hindersah, 2003).
6. Melarutkan fosfat anorganik (Kumar dan Narula, 1999).
d. Peseudomonas 1. Penghasil fitohormon Asam Indol Asetat/IAA (Torres
-Robio et al, 2000; Leveau & Lindow, 2005).
2. Bakteri antagonis terhadap patogen lincat tanaman
Tembakau (Arwiyanto dkk, 2007)
3. Mempunyai kemampuan tinggi dalam melarutkan fosfat (Rodriquezz dan Fraga, 1999).
4. Mengendalikan penyakit akar gada (Cicu, 2005)
5. Mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman pisang (Hatta, 2009).
6. Mengendalikan Colletotrichum capsici (patek/antraknosa) pada tanaman cabai (Triharso, 2004).
e. Bacillus 1. Mampu bertindak sebagai imunomodulator (Conway
dan Wang, 2000; Fuller, 1992; Isolauri et al, 2001)
2. Menghasilkan zat antibiotik (Rao, 1994)
3. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan fostaf dan kalium (Rodriquezz dan Fraga, 1999).
4. Mifiksasi nitrogen (Rao, 1994).
5. Menghasilkan hormon auksin (Torres-Rubio et al, 2000; Leveau & Lindow, 2005).
6. Mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman pisang (Hatta, 2009).
7. Mengendalikan Colletotrichum capsici (patek/antraknosa) pada tanaman cabai (Triharso, 2004).
f. Bakteri pelarut 1. Melarutkan fosfat (Rao, 1994)
fosfat
7. HORMON
a. Auksin Berpengaruh luas terhadap pertumbuhan, merangsang
dan mempercepat pertumbuhan akar, batang, dan tunas (George dan Sherington, 1984).
b. Sitokinin Mendorong pembelahan (sitokinesis), meningkatkan
jumlah dan ukuran daun, menunda penuaan daun, bunga, dan buah (Campbell et al, 2002)
c. Giberelin Berperan penting dalam proses perkecambahan, karena
dapat mengaktifkan reaksi enzimatik di dalam benih (Wilikins, 1989)
d. Asam Absisat Sinyal internal utama, yang memungkinkan tumbuhan
(ABA) menahan kekeringan (Campbell et al, 2002).
e. Etilena Zat pengatur tumbuh (fitohormon) yang aktif dalam
Pematangan, juga dapat merangsang pemasakan klimakerik (Burg dan Burg, 1962), merangsang pembungaan secara serempak (Raven, 1992).
f. Asam Traumalin Memacu percepatan proses penyembuhan luka pada
tumbuhan (Campbell et al, 2002), misalnya setelah pemangkasan, pemetikan, dan gigitan hama
Misalnya kandungan C-Organik, yang berguna memberikan nutrien untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur dan memantapkan agregat tanah, menjadi substrat (tempat tumbuh) bagi mikro-organisme, serta sebagai indikator kesuburan tanah.
Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !