I.PENDAHULUAAN
1.1 Latar belakang
Multiple cropping
atau sistem tanam ganda merupakan usaha petanian untuk mendapatkan hasil panen
lebih dari satu kali dari jenis atau beberapa jenis pada sebidang tanah yang
sama dalam satu tahun. Ada beberapa jenis multiple cropping, seperti mixed
cropping, relay planting, intercropping dan lain-lain. Intercropping
(tumpangsari) merupakan salah satu jenis multiple cropping yang paling umum dan
sering dilakukan oleh petani di Indonesia. Biasanya pada system tumpangsari,
hasil dari masing-masing jenis tanaman akan berkurang apabila dibandingkan
dengan system monokultur, tetapi hasil secara keseluruhan lebih tinggi. Multiple cropping
merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan produksi lahan.
Peningkatan ini dapat diukur dengan besaran yaitu NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan)
atau LER (Land Equivalent Ratio). Sebagai contoh nilai NKL atau LER = 1,8;
artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dengan 1 hektar
diperlukan 1,8 hektar pertanaman secara monokultur.
Pada prinsipnya
teknik budidaya tanaman sama, seperti tanaman pangan, industri, atau yang
lainnya. Bentuk sistem budidaya sangat bermacam, contohnya Multiple Croping.
Bentuk sistem Multiple Croping yang telah lama dikenal adalah tanaman campuran,
tumpang sari dan pergiliran tanaman kemudian tanaman sisipan. Tumpang sari
sering dijumpai di daerah sawah tadah hujan, tegalan dataran rendah maupun
dataran tinggi. Tumpang sari di dataran rendah biasanya terdiri dari berbagai
macam palawija atau padi dan palawija, sedangkan di dataran tinggi biasanya
terdiri dari berbagai macam tanaman hortikultura (sayuran) (Thahir, M. et al.
1985). Peran
lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi resiko kegagalan panen satu
jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat menyerap tenaga kerja,
penggunaan cahaya matahari lebih efisien, dapat menekan pertumbuhan gulma dan
mencegah erosi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem
pertanaman mengenai monokultur dan tumpang sari
Pertanaman ganda (Multiple
cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi waktu dan ruang.
Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang sama
dalam kurun waktu satu tahun. Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pertanaman tumpangsari (Intercropping)
dan pertanaman berurutan (Sequential Cropping). Hampir semua petani dengan
lahan sempit di daerah tropis masih terus melakukan budidaya ganda. Selama dua
dasawarsa yang lalu, para ilmuwan semakin menyadari bahwa hal ini merupakan
praktek yang sangat cocok untuk memaksimalkan produksi dengan input luar yang
rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam. Secara
lebih khusus, manfaat-manfaat budidaya ganda bagi petani lahan sempit berikut
ini telah diidentifikasikan (Papendick et al., 1976; Beets 1982; Francis 1986;
Altieri 1978; Hoof 1987) :
Pada hampir semua sistem budidaya ganda yang dikembangkan
oleh petani lahan sempit, tingkat produktivitas yang dapat dipanen per satuan
luas lebih tinggi dari pada budidaya tanam tunggal dengan tingkat pengelolaan
yang sama. Keuntungan panen bisa berkisar antara 20 % sampai 60 % (Steiner
1984; Francis 1986). Perbedaan ini sebagai akibat berbagai faktor, seperti
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, penurunan kerugian yang disebabkan oleh
gulma, serangga dan penyakit serta pemanfaatan yang lebih efisien terhadap
sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada.
Kalau beberapa tanaman budidaya tumbuh sekaligus, kegagalan
salah satu tanaman dapat dikompensasikan oleh tanaman yang lain (baik itu
sebagai hasil panen sebenarnya ataupun dalam hal nilai uangnya). Hal ini
mengurangi resiko usaha tani. Sistem budidaya ganda, khususnya dengan rumput
dan pohon perennial, tampaknya kurang rentan terhadap erosi tanah (karena
penutupan tanah lebih baik dan lebih banyak penghalang pada aliran air dan
udara). Sistem tersebut juga lebih baik dalam memanfaatkan ruang yang ada bagi
pertumbuhan akar dan tajuk, mendaur ulang air dan unsur hara yang ada dengan
lebih efisien dan memiliki kapasitas penyangga yang lebih besar terhadap
periode ataupun peristiwa yang merugikan (kekeringan, serangan hama, kebutuhan
uang tunai dalam jumlah besar secara mendadak dan sebagainya) dibanding sistem
budidaya tanaman tunggal. Dengan kata lain, mereka memanfaatkan dan memberikan
perlindungan yang lebih baik pada modal usahatani alami.
Untuk
meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering dapat
dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara
tumpangsari pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah
serta mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah (Samosir, 1996).
Tumpangsari merupakan salah satu bentuk program intensifikasi
pertanian alternatif yang tepat untuk melipatgandakan hasil pertanian pada
daerah-daerah yang kurang produktif. Keuntungannya adalah selain diperoleh
panen lebih dari sekali setahun, juga menjaga kesuburan tanah dengan
mengembalikan bahan organik yang banyak dan penutupan tanah oleh tajuk tanaman.
Dalam sistem pertanaman tumpangsari, agar diperoleh hasil yang maksimal maka
tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga mampu
memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh
kompetitif yang sekecil-kecilnya (Prajitno, 1988). Selanjutnya Harera dan Moris
(1984) menjelaskan bahwa jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari harus
memiliki pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan dapat saling
melengkapi. Tanaman tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan padi gogo,
palawija lain atau sayuran yang dilakukan dengan tujuan penganekaragaman penggunaan makanan, mengurangi resiko kegagalan panen, dan meningkatkan intensitas tanam (Sutoro,
Soelaeman dan Iskandar, 1988 dalam Safuan dan Boer, 2000).
2.2 karateristik tanaman jagung dan kacang
tanah
2.3 kelebihan dan kekurangan system
pertanaman
2.3.1 kelebihan
1.
Meningkatkan produksi tanaman, frekuensi panen dan
pendapatan atau dengan kata lain peningkatan produksi secara keseluruhan.
2.
Meningkatkan produktifitas lahan.
3. Mengurangi resiko kegagalan panen suatu jenis tanaman.
4. Mempertahankan stabilitas biologis.
5. Menyerap tenaga kerja sehingga distribusi tenaga kerja lebih merata
sepanjang tahu
6. Efisien dalam penggunaan energi atau cahaya matahari.
Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah.
kerugian nya apa ya dalam sistem pertanaman multiple cropping?
BalasHapus