A. Pendahuluan
Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga pada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan. Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tembakau
Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta familia Solanaceae. Tanaman tembakau merupakan tumbuhan herba semusim yang ditanam untuk mendapatkan daunnya. Tembakau adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung. Berikut merupakan susunan taksonomi dari salah satu spesies tembakau:
• Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
• Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
• Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
• Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
• Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
• Sub Kelas : Asteridae
• Ordo : Solanales
• Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
• Genus : Nicotiana
• Spesies : Nicotiana tabacum L.
(www.plantamor.com)
Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis antara lain yakni:
1) Nicotiana rustica L: mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n =16 %) biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India. Daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit bergelombang, habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul, kedudukan daun pada batang agak terkulai
2) Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6 %) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk lonjong dan pada ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak, tingginya 1,2 m.
(ditjenbun.deptan.go.id)
Tanaman tembakau ditanam pada curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.
Ada tiga jenis tembakau yang diproduksi dari sebagian besar Negara penghasil tembakau, yaitu:
• Virginia , atau sering disebut tembakau terang karena warnanya yang kuning ke oranye yang diperoleh dari proses flue-curing.
• Burley , merupakan daun tembakau yang berwarna coklat setelah melewati proses air-curing dengan kadar gula rendah dan memiliki rasa seperti cerutu.
• Oriental , merupakan daun tembakau yang berdaun kecil dan beraroma tinggi dengan dibantu proses sun-curing.
2. Bagian-bagian Tembakau
Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu- bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur.
Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.
Daun
Tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai
Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing-masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atas. Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga biasanya mempunyai lima benang sari yang melekat pada mahkota bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.
c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang membesar
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukansendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk penyerbukan silang.
Buah
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali. Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan.
(www.scribd.com)
3. Jenis-jenis Tembakau
Menurut Cahyono (1998), ada beberapa jenis tembakau yakni :
a. Tembakau Cerutu yang terdiri dari :
• Tembakau Deli, digunakan sebagai pembungkus dalam industri rokok cerutu.
• Tembakau Vorstenlanden, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu.
• Tembakau Besuki, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu dan daunnya dapat digunakan sebgai pembungkus rokok.
b. Tembakau Pipa. Tembakau ini khusus digunakan untuk rokok pipa dan bukan pembuatan rokok cerutu dan rokok kretek.
c. Tembakau Sigaret. Tembakau ini digunakan umtuk bahan baku pembuatan rokok sigaret, baik rokok putih maupun rokok kretek.
d. Tembakau Asli / Rejangan. Tembakau ini disebut juga tembakau rakyat, dimana tembakau ini diolah dengan direjang lalu dikeringkan dengan penjemuran matahari. Tembakau rakyat digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok kretek atau lainnya.
e. Tembakau Asepan yakni tembakau yang daunnya diolah dengan cara pengasapan, tembakau ini digunakan untuk rokok lintingan (tembakau dilinting dengan kertas rokok halus).
Menurut laporan dari Direktorat Jendral Perkebunan Republik Indonesia, secara garis besar tembakau di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. Tembakau asli adalah tembakau yang masuk dan tersebar sejak ratusan tahun yang lalu dan telah beradaptasi dengan lingkungannya.
b. Tembakau introduksi adalah tembakau yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900-an, seperti jenis Virginia, Burley, dan Oriental.
C. ISI (Teknologi Pasca Panen Tembakau)
1. Pemetikan Tembakau
Jika tembakau sudah cukup umur maka pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika tembakau yang dipetik telah masak. Pemetikan daun dilakukan setelah tanaman berumur 65-70 HST. Panen tembakau dilakukan secara bertahap mulaidaridaun bawah ke atas dengan memetik daun yang benar-benar matang. Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Pemetikan daun tembakau ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat embun sudah hilang. Dilakukan pada daun yang benar-benar matang, dengan caramembelakangi matahari agar tidak salah warna. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali. Tembakau yang memiliki mutu tinggi adalah tepat masak yang memenuhi ciri-ciri yang disebutkan oleh Badri et al (1994) yaitukematangan daun di pohon sesuai dengan posisi daun pada tanaman, yaitu:
• Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan,gagang daun keputih-putihan.
• Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuningkenanga,
• Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.
• Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.
• Selain itu tanda-tanda kematangan daun yang tepat untuk dipetik yaitu:
• Warna daun berubah, tulang daun, gagang daun keputih-putihan.
• Ujung daun mengering.
• Adanya bintik-bintik Corcospora pada daun (Badri, 1994)
2. Pengolahan Tembakau
Gaftar alir pengolahan tembakau :
Pemetikan
â
Daun segar
â
Sortasi basah Pemeraman
â â
Penyujenan Perajangan
â â
Pengaturan glantangan Curing
â â
Curing Tempering
â â
Daun kering “krosok” Daun rajangan kering
â â
Sortasi kasar Rokok
â
Pemeraman
(Fermentasi)
â
Cerutu
• Pengolahan Tembakau Menjadi Cerutu
1. Pemetikan
Sebelum dilakukan pemetikan atau pemungutan perlu diadakan suatu pemangkasan (Topping). Ada dua jenis pemungutan, yaitu pemungutan batang dan pemungutan daun. Cara pemungutan yang umum digunakan pada tembakau cerutu maupun tembakau sigaret adalah pemungutan daun. Pemanenan tembakau dilakukan secara bertahap, sebanyak 5 – 8 kali selama musim panen tergantung kemasakan dan jumlah daun. Panen daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan. Waktu umum untuk pemanenan adalah pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau ditunda 6-8 hari. (Anonim, 2010)
Daun-daun yang telah dipetik kemudian diangkut ke tempat persiapan pra pengolahan. Untuk proses pengolahan daun tembakau menjadi krosok perlu dijaga agar tidak cacat, robek, terlipat-lipat, dan lain-lain. Daun-daun tersebut biasanya ditempatkan di keranjang khusus yang dibuat untuk mencegah terjadinya kerusakan daun. Daun diletakkan dengan posisi gagang daun di bawah dan ujungnya di atas. Selain itu penumpukan daun juga dihindari, kecuali untuk waktu pengangkutan yang relatif singkat. Adanya penumpukan daun tersebut dapat memicu fermentasi daun sehingga daun-daun akan menguning tidak merata dan menyulitkan saat penempatan dalam ruang pengolahan (Abdullah, 1991).
2. Sortasi Basah
Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan daun berdasarkan tingkat kematangan daun, kecacatan fisik dan posisi daun pada batang (Purbosayekti, 2009).
Namun, sortasi basah berdasarkan kualitas yang paling mudah dilakukan adalah berdasarkan warna daun, yaitu:
Trash (apkiran): warna daun hitam.
Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda.
Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon).
More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.
3. Penyujenan
Sebelum pelaksanaan penyujenan daun tembakau ini masih melalui beberapa proses antara lain pelayuan dengan cara daun tembakau ditutup dengan plastik atau daun untuk mendapatkan daun yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan fixasi warna. Penyujenan adalah kegiatan penataan daun tembakau dengan cara menusuk bagian pangkal gagang daun/ibu tulang daun atau pada ruas batang diantara dua daun. Tujuan penyujenan adalah :
a. Memudahkan penataan dalam ruang pengeringan/ pengolahan
b. Mencegah daun saling melekat atau berhimpit pada saat keadaan kelembaban tinggi sehingga daun dapat mengering secara merata.
Cara penyujenan daun tembakau dan bahan untuk tusuk tergantung pada cara panen. Dengan menyesuaiakan menurut cara panen, penyujenan dapat memberikan hasil yang baik. Daun tembakau yang dipanen secara pungut daun yang ditusuk adalah punggung daun dengan punggung daun dan perut daun sehingga menyerupai jahitan. Jarak antara satu daun dan daun lain sekitar satu ibu jari orang dewasa agar tidak saling melekat. Untuk tembakau yang dipanen secara pungut batang, daun dilepaskan satu persatu dari batng, kemudian ditusuk dengan sujen. Untuk daun tembakau yang dipotong menurut ruas batang, cara menusuk dilakukan dengan menyunduk bagian ruas. Panjang tusuk bervariasi antara 30 cm sampai 40 cm. Dengan demikian, satu sujen dapat berisi antara 4 lembar daun sampai 5 lembar daun. Daun-daun tembakau yang telah disusun diikatkan pada bambu yang berpasangan (gelantang).
Penyujenan dilakukan dengan merangkai daun dengan ditusuk pada sujen, dengan posisi daun saling memunggungi dan jarak antar daun adalah satu ibu jari. Perlakuan tersebut bertujuan agar dalam proses pengolahan ketika berada pada kondisi kelembaban tinggi tidak saling melekat atau berhimpit, selain itu agar aliran udara diantara helaian daun berjalan lancar. Panjang sujen adalah 0,5 m serta mampu memuat sekitar 16 lembar daun. Sebelum proses penyujenan, setiap kelas/posisi daun terlebih dahulu dipisahkan (daun-daun pasir, kaki, madya, dan atas). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kondisi daun yang seragam dan tidak menimbulkan bercak-bercak hitam akibat proses transpirasi, sehingga akan dihasilkan krosok yang bermutu (Abdullah, 1991).
Untuk tembakau yang berdaun besar, sujen/sunduk dibuat dari belahan bambu, sedang untuk tembakau oriental dapat digunakan lidi atau tali yang cara memasukkannya menggunakan jarum. Untuk merentengi daun tembakau oriental juga dapat digunakan tali rafia, nenas, rami, dan lain-lain. Yang penting cukup kuat dan tahan di terik matahari dan hujan (Abdullah, 1991).
4. Pengaturan Gelantangan
Daun-daun yang telah disujeni, diikatkan berpasang-pasangan pada sepotong bambu yang disebut gelantang. Panjang gelantang berkisar antara 1,20-3,25 m dengan diameter 3,5-7 cm. Pada setiap gelantang diikatkan 5 sujen secara bersambung, yang disebut setengah gelantang. Jadi satu gelantang penuh berisi 10 sujen atau 160 lembar daun. Hal ini sebaiknya dilakukan di dalam bangsal pengering, atau tempat lain yang teduh agar daun tidak layu. Bila telah selesai, gelantang-gelantang yang berisi sujenan tembakau ditempatkan di rak-rak dalam bangsal pengering (Abdullah, 1991).
5. Pengeringan atau curing
Pengeringan atau curing merupakan proses penghilangan kandungan air dalam batas-batas tertentu dimana kerja enzim masih memungkinkan untuk menghasilkan daun tembakau dengan aroma, bentuk, dan struktur yang dikehendaki hingga kering sempurna.
Tahapan Curing :
Fase penguningan (yellowing)
Fase ini bertujuan untuk mengubah warna daun tembakau yang semula berwarna hijau menjadi kuning. Pada fase ini terjadi proses hidrolisis polimer pati menjadi gula sederhana. Panas yang digunakan tidak begitu tinggi, namun kelembabannya tinggi sehingga kenaikan suhu lambat.
Fase pengikatan warna (fixing color)
Fase ini bertujuan untuk menghentikan kegiatan enzimatis sel-sel daun sehingga warna kuning daun tidak berubah. Selain itu juga bertujuan untuk menstimulir terjadinya reaksi browning non enzimatis.
Fase pengeringan (drying)
Fase ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dan mengintensifkan reaksi browning non enzimatis. Daun dinyatakan kering apabila gagang (ibu tulang daun) dapat dipatahkan dengan cara ditekuk.
Jenis-jenis Curing :
Sun Curing
Sun-curing dilakukan dengan menjemur daun tembakau dibawah sinar matahari langsung. Daun tembakau akan menjadi sangat kuning dan kandungan gulanya tetap terjaga. Daun tembakau yang diproses dengan cara ini adalah tembakau yang lebar daunnya hanya 2-3 inci. Proses ini membutuhkan waktu 3-4 minggu.
Flue Curing
Flue-curing dilakukan dengan memanaskan udara yang berada sangat dekat dengan gudang. Udara luar dipanaskan dengan menggunakan api dan ditiupkan melalui pipa ke dalam gudang. Tembakau tidak kontak langsung dengan api. Flue curing diaplikasikan untuk tembakau virginia. Hasil yang diperoleh adalah tembakau yang berwarna kunig cerah. Flue curing membutuhkan waktu 4-7 hari.
Suhu yang digunakan meningkat selama proses curing mulai dari 32,2°C sampai 71,1°C dan dilakukan sampai daun benar-benar kering. Dari proses ini akan dihasilkan daun dengan kadar gula tinggi dan kandungan nikotinnya medium sampai tinggi.
Fire Curing
Proses fire-curing merupakan proses pengeringan yang dilakukan pada gudang yang dipenuhi asap yang berasal dari pembakaran kayu. Pada proses ini terjadi perubahan warna daun tembakau yang semula kuning menjadi hitam dan berkilau. Selain itu, dengan adanya asap akan menciptakan aroma daun tembakau yang khas. Proses ini dapat berlangsung mulai dari 3 hari sampai 10 minggu dan dilakukan secara terus menerus, atau dengan adanya jeda. Daun tembakau yang dihasilkan adalah daun dengan kadar gula rendah dan nikotin yang tinggi. Tembakau Fire-cured biasanya digunakan untuk menghasilkan produk tembakau lintingan, pipa tembakau, dark cigarettes, tembakau kunyah (chewing tobacco), dan snuff and strong-tasting cigars.
Air Curing
Air curing merupakan cara pengeringan daun tembakau segar yang berasal dari kebun, dilakukan secara perlahan-lahan pada suhu, kelembaban dan suplai udara tertentu sehingga terjadi perubahan komposisi kimia yang berpengaruh pada pembentukan kualitas yang kehendaki. Proses ini dilakukan di dalam ruangan yang dilengkapi dengan jendela-jendela yang bisa dibuka dan ditutup. Kelembaban dikontrol dengan mengatur ventilasi untuk mengurangi kelembaban yang terlalu tinggi, contohnya pada waktu hujan atau malam hari diberi nyala api dari tembakau kering atau kayu bakar agar kelembabannya turun.
Cara mengatur ventilasi :
Pada cuaca normal dilakukan pembukaan pintu dan jendela sekitar pukul 08.00 pagi.
Sesudah 2 jam jendela dan pintu pada kamar-kamar yang berisi daun yang masih berwarna hijau sudah harus ditutup
Saat angin tidak lebat jendela dan pintu ditutup setengah pada sisi gudang dimana arah angin berasal.
Saat angin keras dan frekuensi angin tinggi, gudang ditutup rapat
Saat terjadi hujan, gudang ditutup rapat dan dinyalakan api kecil
Sinar matahari jangan sampai terkena daun secara langsung
Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan :
• Vitalitas jaringan
• Derajat kemasakan
• Letak daun pada batang
• Suhu dan RH
• Kecepatan pergerakan udara
RH dan suhu merupakan dua faktor yang paling berpengaruh terhadap proses pengeringan. Pada suhu dan RH yang relatif rendah, terjadi pengeringan tanpa curing (haying down). Pada suhu tinggi dan RH rendah,terjadi pengeringan cepat (daun tetap hijau). Untuk kondisi suhu dan RH tinggi, curing dilakukan dengan cepat. Perlakuan tersebut menyebabkan daun tembakau yang dihasilkan berwarna gelap dan menyebabkan pole sweat/house burn. Sedangkan untuk kondisi suhu rendah dan RH tinggi dapat menghambat pengeringan dan curing.
6. Sortasi Kasar
Sortasi merupakan kegiatan memisah-misahkan daun tembakau menurut kemasakan daun, ukuran daun, kecacatan daun, dan posisi daun. Berdasarkan kriteria di atas, daun-daun dipisahkan. Demikian pula, daun-daun yang telah dipisahkan menurut letaknya pada saat memetik. Selanjutnya, daun-daun tembakau dipisahkan menurut tingkat kemasakannya karena daun yang masih muda atau yang telah tua ikut dipetik sehingga apabila tidak dipisahkan dapat mempengaruhi mutu akhir tembakau setelah pengolahan. Ukuran juga merupakan kriteria penilaian mutu tembakau. Tahapan ini dilakukan pada suhu lingkungan 30 oC. Spesifikasi daun yang diharapkan adalah daun yang lemas dengan kadar air 20-25% serta tidak basah saat diremas.
Pada tahap ini daun-daun tembakau yang telah dipetik dan terkumpul di tempat teduh disortasi terlebih dahulu tahap pengolahan daun. Tujuannya adalah :
a. Memudahkan proses pengolahan, terutama penempatan dalam ruang pengolahan.
b. Memudahkan pengelompokan ke dalam kelas-kelas menurut mutu setelah pengolahan.
c. Memudahkan menentukan harga jual menurut mutu.
d. Memperoleh keseragaman jenis dan mutu sehingga memudahkan pemasaran.
7. Pemeraman (Fermentasi)
Fermentasi merupakan proses perubahan komponen kimia oleh reaksi oksidasi. Proses fermentasi yang baik dapat memperpanjang umur simpan tembakau. Selama penyimpanan daun tembakau akan terjadi penuaan (ageing) yaitu perubahan alami secara lambat, yang akan meningkatkan karakteristik daun tembakau serta menyebabkan daun tembakau kehilangan rasa "hijau"nya. Proses fermentasi secara alami dilakukan dengan penumpukan daun tembakau. Pada proses ini, pengontrolan suhu di dalam tumpukkan merupakan faktor kunci keberhasilan. Masing-masing jenis tembakau memiliki suhu optimal. Setelah mencapai suhu yang ditargetkan, maka dilakukan pengadukan secukupnya pada tumpukan daun, sampai seluruh tumpukan difermentasi dengan benar.
Tujuan dilakukannya fermentasi pada daun tembakau antara lain untuk menyempurnakan aroma, menghilangkan rasa mentah dan pahit, memperbaiki warna daun, dan memperbaiki kualitas bakar.
Fermentasi dilakukan selama 2-4 bulan. Selama proses tersebut terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain :
Temperatur.
Kadar air tembakau.
Tekanan mekanis dalam tumpukan.
Lama fermentasi.
Tahapan fermentasi :
Tembakau
â
Ditumuk teratur
â
â
â
3. Proses Biokimiawi selama Proses Pengolahan Tembakau
Daun tembakau yang dipetik, proses asimilasinya terhenti, akan tetapi pernafasannya terus berlangsung. Dalam proses ini terjadi perubahan zat pati menjadi gula dengan pengaruh kegiatan enzim-enzim. Gula yang terbentuk ini yang digunakan oleh daun untuk melanjutkan pernafasan ini.
Di dalam daun terdapat zat warna, yaitu klorofil yang berwarna hijau; karotenoid yang merupakan kelompok pigmen: kuning, oranye, merah, dan kecoklatan; dan xantofil yang merupakan pigmen kuning-coklat tua. Zat warna kuning ini terbungkus oleh klorofil, dan baru akan muncul bila klorofil yang membungkusnya dirombak. Menguningkan merupakan proses awal pada pengolahan tembakau, yaitu pada proses curing yang merupakan masa penentu kualitas. Sebab pada stadium awal ini terjadi proses fisiologis yang vital. Semua zat-zat makanan diubah untuk kebutuhan pernafasan dan proses hidup lainnya, sedang penambahan zat makanan yang baru telah terputus. Reaksi yang terjadi pada saat ini sejalan dengan prose salami waktu daun menjadi tua. Warna kuning akan berubah menjadi warna yang lebih tua (coklat sampai hitam) di bawah pengaruh enzim-enzim peroksidasi, bilamana sel-sel daun masih lembab.
Terjadinya oksidasi oleh enzim pengoksidasi menghasilkan polifenol dan tannin yang menyebabkan perubahan warna tua pada daun tembakau. Kadar polifenol dan tannin ini diduga yang menentukan warna akhir daun tembakau. Kecuali oleh bakat keturunan, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh terutama unsure N di dalam tanah.
Tiga komponen penting yang berperan dalam proses kimiawi daun tembakau adalah hidrokarbon, pati, dan gula. Komponen penting lain, tergantung tipe tembakau dan cara pengolahan ialah persenyawaan nitrogen. Pengolahan tembakau merupakan proses fisiokimia, bukan proses pengeringan.
4. Kualitas Tembakau
Mutu daun tembakau bersifat relatif yang dapat berubah karena orang, waktu dan tempat. Daya bakar sifat yang menunjukkan keampuan membara tembakau saat di sulut. Daya bakar menurut SNI hanya digolongkan :
• Baik: sifat tembakau yang jika di sulut mempunyai kecepatan membara yang relatif lambat dan terus menerus ke segala arah.
• Kurang baik: jika di sulut cepat mati
• Masak: fermentasi sesuai dengan ketentuan (proses yang di tetapkan)
• Kurang masak: fermentasi berjalan tidak sesuai dengan ketentuan.
• Aroma daun tembakau yang diinginkan: khas, harum, manis (relatif)
• Warna tembakau rajangan: kuning (umumnya warna coklat tidak di sukai, kecuali pada tembakau Temanggung rajangan mutu Srintil yang mempunyai aroma khas)
Waktu merajang yang paling baik adalah pada dini hari, dengan tujuan supaya daun yang telah dirajang memperoleh embun pagi. Bila waktu antara merajang dan menjemur terlalu lama maka mengakibatkan terjadinya proses oksidasi dan polimerisasi phenol sehingga tembakau rajangan berwarna lebih gelap dan aromanya berkurang karena penurunan kadar gula (mbanteng – bhs. Jawa).
Faktor yang menentukan mutu tembakau:
• Kualitas daun (letak daun, ketebalan daun, dll)
• Proses pengolahan (curing)
Ada beberapa unsur yang sering dikaitkan dengan penilaian kualitas produk – produk tembakau. Unsur-unsur tersebut antara lain:
• Mutu bakar (burning qualities)
Mutu bakar adalah salah satu pengukur penilaian mutu tembakau yang digunakan untuk rokok. Merokok dapat diartikan menikmati bahan tembakau dengan menghisap bagian asap hasil pembakaran. Pengeringan atau curing tembakau dimaksudkan agar bahan menjadi mudah dan siap dibakar.
Mutu bakar akan menyangkut beberapa hal, antara lain daya pijar, kecepatan pembakaran, dan kesempurnaan pembakaran. Erat kaitannya dengan ketiga hal tersebut maka tersedianya cukup oksigen agar pembakaran terjadi, daya hisap (combustibility) sebagai bagian rokok yang dinikmati pemakai dengan mudahnya terbakar dan sifat hasil pembakaran berupa residu abu merupakan bagian dari lengkapnya penilaian mutu bakar.
Daya pijar atau sering disebut sifat pembakaran adalah sifat atau keadaan berpijarnya tembakau secara terus menerus tanpa diikuti suatu nyala. Keadaan tersebut sangat bergantung sejauh mana tembakau dapat menahan bara (panas api) yang berpijar sesuai keadaannya. Daya pijar sering dikatakan pula dengan kapasitas menahan api (fire holding capacity) tembakau yang dibakar. Daya pijar sangat dipengaruhi oleh struktur, komposisi zat penyusun dan tersedianya oksigen dalam pembakaran. Kapasitas menahan api atau daya pijar agak panjang, relatif lama umumnya dikehendaki dan mempunyai nilai lebih baik.
Kecepatan pembakaran adalah satuan waktu dalam mengukur cepat atau lambatnya tembakau mengalami pembakaran. Kecepatan pembakaran biasanya diukur dalam satuan detik pada sejumlah tembakau bentuk rokok dalam ukuran panjang (cm) tertentu. Umumnya kecepatan pembakaran relatif lambat dikehendaki daripada yang cepat. Dalam menilai kecepatan pembakaran perlu pula diamati tentang sifat tembakau pada waktu mengalami pembakaran. Sifat pembakaran dapat bersifat rata atau tidak rata. Sifat rata dalam arti bara pada tembakau menyebar secara merata, teratur sesuai bentuk rokok lebih dikehendaki. Sifat yang tidak rata ada hubungannya dengan daya pijar yang kurang baik. Kecepata pembakaran dapat pula dipacu dengan memperkuat daya hisap, yang berarti menambah kesempatan oksigen melakukan oksidasi selama proses pembakaran. Satu hal lain yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi kecepatan pembakaran yaitu kerapatan struktur rajangan atau lapisan rokok. Struktur kerapatan yang terlalu rapat akan lebih lambat daripada yang longgar, dimana di antara lapisan atau rajangan mempunyai rongga antara yang masih cukup persediaan oksigen mengadakan pembakaran.
Kesempurnaan pembakaran adalah habis atau hilangnya bahan tembakau yang terbakar menjadi sisa pembakaran berupa abu. Pembakaran sempurna ditandai dengan abu yang putih atau putih kelabu yang merata. Abu yang masih mempunya bintik, noktah hitam menandakan proses pembakaran tidak sempurna. Warna hitam merupakan hasil sisa pembakaran berupa karbon (C) yang masih tersisa. Abu yang dihasilkan bersifat alkalis karena di dalamnya merupakan hasil sisa bahan organik yaitu daun tembakau dengan meninggalkan hasil sisa berupa oksidasi unsur-unsur logam. Sifat abu dapat pula diamati dengan mengukur alkalitasnya guna menilai mutu lebih lengkap secara kimiawi. Sempurnanya pembakaran dapat pula diamati dengan melihat kekompakan abu yang dihasilkan. Abu yang cukup kompak, sehingga tidak mudah terlepas menandakan proses pembakaran sempurna pada suhu yang cukup.
Suatu cara mengukur mutu bakar dapat dilakukan pada lembar krosok tembakau dengan menusukkan kawat berpijar pada lembaran krosok, dipilih di antara tulang cabang sekundernya. Waktu dalam detik saat bahan membara sampai bara padam merupakan kapasitas daun tembakau tersebut menahan bara/ pijar. Dengan pengukuran demikian, dapat dibandingkan lembar daun satu dengan yang lain sebagai salah satu bagian dari nilai daya bakar.
Demikian pula dengan melihat hasil pembakaran berupa lubang pada lembar daun akan dapat dinilai rata atau tidaknya suatu pembakaran pada krosok bersangkutan. Hasil penusukan berupa lubang berbentuk lingkaran rata menunjukkan krosok cukup baik, sedangkan lubang dengan bekas yang tidak rata (lingkaran terpencar) menunjukkan krosok kurang merata dalam daya bakarnya.
• Aroma
Tembakau yang telah melewati proses pengeringan (curing) umunya belum mempunyai suatu aroma yang baik. Tembakau akan berbau tawar dan tidak enak. Diperlukan waktu dan perlakuan untuk mendapatkan aroma yang dikehendaki. Dalam beberapa waktu, atau bila perlakuan fermentasi berlangsung dengan baik maka aroma akan timbul dengan bau sedap, harum, dan enak. Tembakau pilihan dengan suatu pengolahan dan perlakuan yang baik diharapkan akan menimbulkan aroma yang berkembang baik pula. Aroma yang baik pada produk akhir dapat sebagai tanda bahwa penanganan dan pengolahan sudah tepat. Tembakau bermutu baik ditandai dengan keadaan produk segar dan beraroma enak, harum dan bau khas sesuai jenisnya. Sedang tembakau bermutu buruk ditandai dengan bau yang apek dan tidak enak. Aroma tersebut akan mudah terasa kembali bila tembakau dalam keadaan dibakar dimana terjadi proses distilasi kering zat tertentu dari bahan tembakau selama proses pembakaran. Belum banyak pengamatan tentang macam aroma khas pada tembakau, namun diketahui pentingnya aroma dalam penilaian mutu tembakau. Kondisi tanah dan iklim berpengaruh besar pada aroma tembakau, juga hubungannya dengan kandungan air selain faktor utama adalah varietas tembakaunya. Posisi daun pada batang diketahui berpengaruh pada aroma, umumnya daun bagian atas mempunyai aroma lebih baik daripada daun di bawahnya. Beberapa tembakau rakyat seperti diketahui dikatakan bermutu baik pada daun bagian atas yang umumnya mempunyai bau enak dan cukup khas/ harum.
• Rasa
Tembakau setelah lepas curing dikatakan mempunyai rasa mentah, tajam, pedas, dan pahit. Setelah fermentasi atau aging lanjutan maka akan hilanglah rasa tersebut kecuali sedikit pahit saja. Pengamatan dan penelitian tentang rasa pada tembakau belum banyak dilakukan sehingga masih sedikit keterangan tentang hal tersebut. Rasa sebagi penentu mutu belum mempunyai pedoman yang tegas. Rasa banyak dihubungkan dengan kehendak dan selera konsumen, sehingga penilaian rasa masih sangat subyektif.
Rasa pahit diduga adanya glikosida pada daun tembakau. Rasa pahit kemungkinan juga didapat dari alkaloida yang terdapat pada daun yang bersangkutan, senyawa non-nikotin. Rasa manis juga diketahui terdapat pada beberapa jenis tembakau tertentu.
Selain tembakau yang langsung berhubungan dengan lidah, terjadinya asap juga ikut diperhitungkan. Terdapatnya komponen tembakau yang menjadikan asap asam maupun basa sangat besar pengaruhnya.
Beberapa penjelasan mengenai unsur yang mempengaruhi mutu meliputi ukuran dan bentuk daun, ibu tulang dan lamina daun, tenunan daun, tebal daun, kepadatan jaringan, berat bahan per satuan luas, elastisitas, body dan lain lain, yaitu :
• Ukuran dan bentuk daun
Pada cerutu daun berbentuk bulat dengan lamina yang lebar digunakan sebagai pembungkus yang bermutu tinggi, sedangkan pada tembakau virginia (sigaret) lebih diutamakan yang memiliki panjang daun 20-25 cm.
• Ibu tulang daun dan lamina daun
Midrib merupakan ibu tulang daun yang agak keras dan berada di tengah-tengah daun. Pada beberapa pengolah rokok midrib ini di rowek yaitu dihilangkan pangkalnya sebelum diperam supaya lebih mudah dalam proses perajangan. Lamina merupakan bagian kiri dan kanan midrib (lembaran). Namun pada tembakau krosok bagian midrib ini digunakan sebagai pengikat tali dan merupakan penanda akhirnya waktu pengomprongan apabila warna midrib sudah seragam.
• Tenunan daun
Tenunan daun merupakan pertemuan cabang tulang daun dengan anak tulang daun lainnya. Pada tenunan yang halus akan tercipta rasa yang ringan dan aroma yang baik.
• Tebal daun
Karena masih subjektif sehingga belum banyak digunakan sebagai standar mutu.
• Kepadatan jaringan
Hal ini berpngaruh terhadap kualitas pengringan. Untuk cerutu menggunakan daun yang tebal untuk pembungkus dan yang longgar sebagai pengisi.
• Berat per satuan luas
Digunakan sebagai pennu banyaknya rendemen yaitu bobot tembakau curing dari bobot basahnya.
• Elastisitas
Daun yang elastis lebih bermutu.
• Body
Pada tembakau rajangan daun yang berkualitas bagus adalah yang tidak begitu kering, lunak dan lemas, agak lembab dalam genggaman.
• Butir daun
Krosok dengan banyak butir daun cenderung memiliki mutu bakar yang baik.
• Kuat fisiologi
Yaitu kadar nikotin yang terkandung di dalamnya. Dibedakan dengan ringan (mild) dan bera (strong).
• Warna
Pada sortasi tembakau krosok warna dipakai sebagai salah satu penggolongan mutu, namun belum bisa dibakukan.
• Sifat higroskopis
Kandungan air yang baik pada tembakau kering sebesar 10-12%.
• Resistensi pecah
Ketahan daun apabila terkena prlakuan mekanik. Daun yang tidak mudah robek saat diberi perlakuan mekanik mutunya lebih bagus.
5. Penggunaan Tembakau
Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga pada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan. Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen. Nicotiana tobacum dibudidayakan umumnya karena memiliki arti ekonomi penting. Spesies yang sering dibudidayakan adalah Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustika. Nicotiana tobacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk lonjong dan pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, tingginya 1,2 m. Nicotiana rustika, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit bergelombang, habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul, kedudukan daun pada batang agak terkulai.
Deskripsi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Klasifikasi Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus :
• Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
• Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
• Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
• Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :
• Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya :
• Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
• Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam Filter Internasional, Djarum Super, dll.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dll.
Rokok berdasarkan penggunaan filter:
• Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
• Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
D. Penutup
Pengolahan tembakau mempunyai ciri khas dalam pengolahannya dibandingkan dengan komoditas hasil pertanian lainnya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pengolahan. Faktor utamanya adalah kondisi proses pengolahan maupun tahapan pengolahan tembakau, baik dari raw material sampai produk akhirnya. Hal tersebut juga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk hasil pengolahan tembakau, khususnya rokok dan cerutu.
Faktor lain yaitu selera konsumen yang sangat subyektif ikut serta dalam menentukan kualitas tembakau yang dikehendaki. Hal tersebut terkait dengan bagaimana mengolah tembakau dengan baik karena tembakau merupakan bahan yang sangat peka terhadap perubahan. Kemudian selera konsumen ini yang akan menentukan perkembangan industri pengolahan tembakau dengan cara melakukan berbagai aplikasi maupun inovasi terhadap proses pengolahan yang dilakukan.
Home »
Perkebunan
» Tembakau dan pasca panen
Tembakau dan pasca panen
Written By Al Az Ari on Minggu, 22 Februari 2015 | 09.03
Label:
Perkebunan
Apakah ada olahan tembakau selain yang disebutkan di atas?
BalasHapus