LAPORAN DASAR-DASAR AGRONOMI
(Pembiakan Generatif)
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Kegunaan
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Asal buah dalam biji (Jelaskan masing-masing biji yang telah ditanam)
2.2 Perkecambahan
BAB III Metodologi Percobaan
3.1 Tempat dan Waktu
3.2 Bahan dan Alat
3.3 Prosedur Kerja
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN DASAR-DASAR AGRONOMI_
(Pembiakan Generatif)
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan keseharian, tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi, dan berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai dengan perkecambahan. Dan tentunya di dalamnya terdapat struktur yang cukup rumit. Perkembangbiakan pada setiap tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif (Seputra, 1990).
Untuk memperbanyak jenis dan mempertahankan kelestarian jenis tanaman perlu, dilakukan pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pembiakan tak kawin (vegetatif) dan pembiakan kawin (generatif). Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Cara pembiakan tak kawin ini berlangsung tanpa perubahan susunanan kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya. Yang termasuk pembiakan vegetatif antara lain okulasi, stek, cangkok, sambung, graffting (Jumin, 2002).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Asal buah dalam biji (Jelaskan masing-masing biji yang telah ditanam)
2.1.1 Durian (Durio zibethinus)
Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat, bulat telur hingga lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm.[4] Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam ("berduri", karena itu disebut "durian", walaupun ini bukan duri dalam pengertian botani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.
Setiap buah memiliki lima ruang (awam menyebutnya "kamar"), yang menunjukkan banyaknya daun buah yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa biji, biasanya tiga butir atau lebih, lonjong hingga 4 cm panjangnya, dan berwarna merah muda kecoklatan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus (salut biji, yang biasa disebut sebagai "daging buah" durian) berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan yang bervariasi, namun pada kultivar unggul ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm.
Syarat tumbuh dan pemupukan
Curah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm, yang tersebar merata sepanjang tahun. Akan tetapi, periode kering 1-2 bulan akan merangsang perbungaan lebih baik. Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase baik. Derajat keasaman optimal adalah 6-6,5. Tanah masam, seperti latosol atau podsolik merah kuning memerlukan pengapuran agara tanaman tumbuh baik.
Pemupukan dilakukan dengan membuat parit kecil di sekeliling pohon lalu ditaburi pupuk kimia. Pupuk kandang diberikan pada waktu penanaman bibit. Pemupukan dengan kadar NPK yang sama diberikan segera setelah musim berbuah, sedangkan pemupukan dengan kadar P yang lebih tinggi diberikan setelah flushing selesai untuk mempersiapkan pembungaan. . Biji durian bersifat recalcitrant, hanya dapat hidup dengan kadar air tinggi (di atas 30% berat) dan tanpa perlakuan tertentu hanya sanggup bertahan seminggu sebelum akhirnya embrionya mati. Dengan demikian biji harus segera disemaikan setelah buahnya dibuka.
Perbanyakan
. Teknik-teknik yang dipakai adalah pencangkokan (jarang dilakukan), penyusuan (jarang dilakukan), penyambungan sanding (inarching), penyambungan celah (cleft grafting), atau okulasi (budding).[2] Teknik yang terakhir ini sekarang yang paling banyak dilakukan. Beberapa penangkar sekarang juga menerapkan penyambungan mikro (micrografting). Teknik ini dilakukan pada saat batang bawah masih berusia muda sehingga mempercepat masa tunggu. Tercatat bahwa durian hasil perbanyakan vegetatif mampu berbunga setelah 2-3 tahun. Durian juga memungkinkan diperbanyak secara in vitro (kultur jaringan).
2.1.2 Nangka
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko/nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (sunda). Beberapa nama asing yaitu: jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), kapiak (Papua Nugini), liangka (Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz, miiz hnang (laos), khanun (Thailand), mit (Vietnam).
A. TEKNIK PENANAMAN
Ø Tahapan Penentuan Pola Tanam
Ø Tahapan Pembuatan Lobang Tanam
Ø Tahapan Cara Penanaman
Ø Tahapan Pembuatan Lubang pada Mulsa
B. PEMELIHARAAN TANAMAN
Ø Tahapan Penjarangan dan Penyulaman
Ø Tahapan Penyian
Ø Tahapan Pemupukangan
Ø Tahapan Pengairan dan Penyiraman
Ø Pemeliharaan Lain
2.1.3 sirsak
Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti "kantung asam").
Buah sirsak bukan buah sejati, yang ukurannya cukup besar hingga 20-30cm dengan berat mencapai 2,5 kg. Yang dinamakan "buah" sebenarnya adalah kumpulan buah-buah (buah agregat) dengan biji tunggal yang saling berhimpitan dan kehilangan batas antar buah. Daging buah sirsak berwarna putih dan memiliki biji berwarna hitam.
2.1.4 Rambutan
Persiapan
Untuk penanaman rambutan, yang kita perlukan pada persiapan lahan adalah:
1. Persiapan lahan Lahan yang kita perlukan adalah:
a. Lahan yang subur,
b. Kondisi tanah yang gembur, dan
c. Sirkulasi udara dalam tanah berjalan baik.
Cara mempersiapkan lahan untuk berkebun rambutan:
a. Tanah dibersihkan dari tanaman pengganggu (semak)
b. Tanah dibajak atau dicangkul agak dalam, jika kita tanam pohon rambutan dari biji atau dengan okulasi. Jika dari cangkokan, tidak usah terlalu dalam.
c. Pada lahan yang agak liat, kita tambahkan humus terlebih dahulu.
d. Biarkan kondisi seperti ini selama satu tahun terlebih dahulu.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Setelah selesai mengadakan persiapan lahan, selanjutnya kita persiapkan pembuatan lubang tanam untuk tanaman rambutan.
Lubang tanam dibuat 4 pekan sebelum proses penanaman bibit rambutan.
Besar ukuran lubang tanam adalah 1x1x0,5 meter.
Cara pembuatan lubang tanam untuk tanaman rambutan adalah sebagai berikut:
a. Ukurlah tanah dengan meteran sepanjang 1 meter, lebar 1 meter
b. Mulailah menggali lubang tanam sedalam 0,5 meter
c. Pada saat penggalian, sebaiknya pisahkan antara tanah sebelah atas dan tanah sebelah bawah
d. Jarak antara lubang tanam yang satu dengan lainnya adalah 12 meter
e. Tunggu lubang tanam selama 2 minggu
f. Tutup kembali lubanag tanam dengan sususnan seperti semula sebelum di gali
g. Tambahkan pada bagian tanah sebelah atas dengan pupuk kandang
h. Setelah 4 minggu maka bibit rambutan sudah dapat ditanam pada lubang tanam
3. Persiapan penyediaan benih
Cara penyiapan bibit dari biji rambutan:
a. Rendam biji rambutan dalam air bercampur asam klorida (HCL) 25% dengan perbandingan 1:2 atau dalam larutan asam sulfat (H2SO4)
b. Lama perendaman selama 15 menit.
c. Ambilbiji rambutan dan cuci sampai bersih
d. Tiriskan biji rambutan selama 1 hari sampai kering agar tidak ditumbuhi dengan jamur
e. Langkah selanjutnya adalah menyemaikan benih pada lahan yang gembur sedalam 20 cm.
f. Kurang lebih 1 bulan, pohon rambutan sudah mulai tumbuh dan jika sudah ada daunnya, dua helai dipindahkan ke tempat penanaman.
Penanaman
Pada penanaman tanaman rambutan harus diperhatikan:
1. Lubang tanam tidak terlalu dalam atau terlalu dangkal.
2. Dalam lubang kira-kira batas antara akar dan batang. Usahakan setinggi tanah yang ada dipermukaan
3. Buatkan perlindungan tanaman dari bahan bamboo dengan posisi agak tinggi bagian Timur, atau membujur dari arah Utara ke selatan agar Matahari pagi lebih banyak dari pada sore hari
4. Pelindung bagian atap dibuat dari daun kelapa atau daun tebu
5. Lepas bibit dari keranjang atau kantung plastic, agar tidak mengundang rayap merusak akar yang masih muda
6. Pada awal penanaman, ditambah dengan pupuk kandang dan pupuk hijau.
7. Penanaman bibit rambutan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Namun, jika masih musim kemarau, sebaiknya disiram 2 kali sehari selama 2 minggu.s
Pemeliharaan
A. Penyiraman
1. Penyiraman pada tanaman rambutan yang baru ditanam sampai berumur 2 minggu, dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
2. Setelah 2 minggu berlalu, penyiraman dilakukan 1 kali sehari
3. Setelah tanaman rambutan kuat, penyiraman dilakukan sesekali saja jika memerlukan.
4. Jika da air yang menggenang, segera buat saluran air agar air sgera mengalir jauh dari tanaman rambutan, karena tanaman rambutan, karena tanaman rambutan timbuhnya kurang baik dalam air yang menggenang.
B. Pemupukan
Pemupukan adalah usaha untuk menambah kesuburan tanah sehingga tanaman cepat berbunga dan berbuah. Selain itu, pemupukan juga dilakukan agar susunan unsure hara tanah tetap dalam keadaan seimbang.
1. Untuk menanam rambutan yang berumur 2 tahun, pemupukan dilakukan dengan cara menggali tanah di sekeliling pohon sedalam 30 cm, lebar 40 cm, dan memasukakkan campuran 30 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram urea setara 20 gram ZK.
2. Untuk tahun ketiga dan seterusnya, pemupukan tanaman rambutan berupa 50 kg pupuk kandang, 60 kg TSP, 150 gram urea, dan 250 gram ZK untuk setiap hectare tanah.
Selain pupuk yang diberikan pada bagian tanah, tanaman rambutan juga perlu pupuk daun.
Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan pada tanaman lewat bagian daun dengan cara disemprotkan, terutama pada saat stomata mulut daunnya terbuka.
Kelebihan pemberian pupuk daun adalah:
1. Unsur hara lebih cepat terserap.
2. Tunas lebih mudah terbentuk.
3. Bunga lebih cepat terbentuk.
4. Tanah tidak cepat menjadi tandus.
Penyemprotan pupuk daun dilakukan pada bagian bawah daun, karena letak stomata atau mulut daun ada di permukaan bawah daun. Kecuali pada tumbuhan air yang memiliki stomata di permukaan atas daun.
Durian
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Rosids
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Durio
Spesies: D. zibethinus
Nama binomial
Durio zibethinus
Rumph. ex Murray
Penyebaran
Pusat keanekaragaman durian adalah Pulau Kalimantan. Daerah-daerah sekitarnya juga memilki beberapa plasma nutfah durian, seperti Mindanao, Sumatera, dan Semenanjung Malaya meskipun tidak semelimpah Kalimlantan. Meskipun demikian, pengekspor utama durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan kultivar dengan mutu tinggi dan sistem budidaya yang baik. Tempat lain yang membudidayakan durian dengan orientasi ekspor adalah Mindanao di Filipina, Queensland di Australia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka.
Di Filipina, pusat penghasil durian adalah di daerah Davao di Pulau Mindanao. Festival Kadayawan merupakan perayaan tahunan untuk durian di Davao City.
Pemerian morfologi
Pohon tahunan, hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim) tetapi ada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru (periode flushing atau peronaan) yang terjadi setelah masa berbuah selesai. Tumbuh tinggi dapat mencapai ketinggian 25–50 m tergantung spesiesnya,[3] pohon durian sering memiliki banir (akar papan). Pepagan (kulit batang) berwarna coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan. Tajuknya rindang dan renggang.
Daun berbentuk jorong hingga lanset, 10-15(-17) cm × 3-4,5(-12,5) cm; terletak berseling; bertangkai; berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai; sisi atas berwarna
hijau terang, sisi bawah tertutup sisik-sisik berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu bintang.[4]
Bunga (juga buahnya) muncul langsung dari batang (cauliflorous) atau cabang-cabang yang tua di bagian pangkal (proximal), berkelompok dalam karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tukal atau malai rata. Kuncup bunganya membulat, sekitar 2 cm diameternya, bertangkai panjang. Kelopak bunga bentuk tabung sepanjang lk. 3 cm, daun kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping berbentuk bundar telur. Mahkota bentuk sudip, kira-kira 2× panjang kelopak, berjumlah 5 helai, keputih-putihan. Benang sarinya banyak, terbagi ke dalam 5 berkas; kepala putiknya membentuk bongkol, dengan tangkai yang berbulu.[4] Bunga muncul dari kuncup dorman, mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa hari. Pada siang hari bunga menutup. Bunga ini menyebarkan aroma wangi yang berasal dari kelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya.[5] Kajian di Malaysia pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa penyerbuk durian adalah kelelawar Eonycteris spelaea. Penelitian tahun 1996 lebih jauh menunjukkan bahwa hewan lain, seperti burung madu Nectariniidae dan lebah turut serta dalam penyerbukan tiga kerabat durian lainnya.[3][6]
Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat, bulat telur hingga lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm.[4] Kulit buahnya tebal, permukaannya bersudut tajam ("berduri", karena itu disebut "durian", walaupun ini bukan duri dalam pengertian botani), berwarna hijau kekuning-kuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.
Buah berkembang setelah pembuahan dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antarbuah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, dan sisanya gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 hingga 5 kilogram, sehingga kebun durian menjadi kawasan yang berbahaya pada masa musim durian. Apabila jatuh di atas kepala seseorang, buah durian dapat menyebabkan cedera berat atau bahkan kematian.
Setiap buah memiliki lima ruang (awam menyebutnya "kamar"), yang menunjukkan banyaknya daun buah yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa biji, biasanya tiga butir atau lebih, lonjong hingga 4 cm panjangnya, dan berwarna merah muda kecoklatan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus (salut biji, yang biasa disebut sebagai "daging buah" durian) berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan yang bervariasi, namun pada kultivar unggul ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm. Biji dengan salut biji dalam perdagangan disebut ponggè. Pemuliaan durian diarahkan untuk menghasilkan biji yang kecil dengan salut biji yang tebal, karena salut biji inilah bagian yang dimakan. Beberapa varietas unggul menghasilkan buah dengan biji yang tidak berkembang namun dengan salut biji tebal (disebut "sukun").
Syarat tumbuh dan pemupukan
Curah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm, yang tersebar merata sepanjang tahun. Akan tetapi, periode kering 1-2 bulan akan merangsang perbungaan lebih baik. Musim raya buah durian biasa terjadi setelah tahun dengan musim kemarau yang berkepanjangan. Musim panen antara dapat terjadi dengan produksi buah yang biasa-biasa saja.
Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase baik. Derajat keasaman optimal adalah 6-6,5. Tanah masam, seperti latosol atau podsolik merah kuning memerlukan pengapuran agara tanaman tumbuh baik. Durian muda juga memerlukan lindungan alam, agar pohon atau cabang-cabangnya yang sarat buah tidak patah diterpa angin yang kuat. Muka air tanah tidak boleh kurang dari 150cm karena air tanah yang terlalu rendah berakibat buah kurang manis.
Pemupukan dilakukan dengan membuat parit kecil di sekeliling pohon lalu ditaburi pupuk kimia. Pupuk kandang diberikan pada waktu penanaman bibit. Pemupukan dengan kadar NPK yang sama diberikan segera setelah musim berbuah, sedangkan pemupukan dengan kadar P yang lebih tinggi diberikan setelah flushing selesai untuk mempersiapkan pembungaan.
[sunting] Penanaman dan pemeliharaan
Penanaman durian secara komersial di perkebunan dilakukan dengan jarak tanam 10 m × 10 m hingga 12 m × 12 m, tergantung dari ukuran tanaman/kultivarnya.[2] Apabila tanaman masih kecil, tumpang sari dapat dilakukan. Pengendalian gulma juga perlu dilakukan.
Pemeliharaan mencakup pemupukan, pemangkasan (pembentukan dan peremajaan), pengairan (bila diperlukan), dan pengendalian hama dan penyakit.[2] Tajuk durian yang baik adalah berbentuk kerucut membulat, dengan cabang utama mendatar ke samping.
Perbanyakan
Perbanyakan durian di desa-desa umumnya dengan menggunakan biji. Perbanyakan dengan biji juga dilakukan untuk memperoleh batang bawah dalam perbanyakan vegetatif. Biji durian bersifat recalcitrant, hanya dapat hidup dengan kadar air tinggi (di atas 30% berat) dan tanpa perlakuan tertentu hanya sanggup bertahan seminggu sebelum akhirnya embrionya mati. Dengan demikian biji harus segera disemaikan setelah buahnya dibuka.
Pohon durian mulai berbuah setelah 4-5 tahun, namun dalam budidaya dapat dipercepat jika menggunakan bahan tanam hasil perbanyakan vegetatif. Teknik-teknik yang dipakai adalah pencangkokan (jarang dilakukan), penyusuan (jarang dilakukan), penyambungan sanding (inarching), penyambungan celah (cleft grafting), atau okulasi (budding).[2] Teknik yang terakhir ini sekarang yang paling banyak dilakukan. Beberapa penangkar sekarang juga menerapkan penyambungan mikro (micrografting). Teknik ini dilakukan pada saat batang bawah masih berusia muda sehingga mempercepat masa tunggu. Tercatat bahwa durian hasil perbanyakan vegetatif mampu berbunga setelah 2-3 tahun.
Durian juga memungkinkan diperbanyak secara in vitro (kultur jaringan).
Hama dan penyakit
Hama yang menyerang durian di antaranya adalah ulat penggerek buah (gala-gala), ulat penggerek bunga, dan kutu loncat durian (menghisap cairan daun muda).[2]
Penyakit utama durian adalah busuk akar dan batang Pythium complectens, mati bibit (juga oleh patogen yang sama), penyakit blendok/kanker Phytophthora palmivora, dan jamur upas yang menyerang batang/cabang.[2][9]
Catatan kaki
1. ^ "GRIN Taxonomy for Plants - Durio". Departemen Agrikultur Amerika Serikat.
2. ^ a b c d e f Durian. Petunjuk Budidaya dari PT Pusri.
3. ^ a b c Brown, Michael J. (1997) (PDF). Durio — A Bibliographic Review. International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI). ISBN 92-9043-318-3. Diakses pada 20 November 2008.
4. ^ a b c d e f Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 192-198.
5. ^ Whitten, Tony (2001). The Ecology of Sumatra. Periplus. hlm. 329. ISBN 962-593-074-4.
6. ^ Yumoto, Takakazu (2000). "Bird-pollination of Three Durio Species (Bombacaceae) in a Tropical Rainforest in Sarawak, Malaysia". American Journal of Botany 87 (8): 1181–1188. doi:10.2307/2656655.
7. ^ a b Uji, T. 2005. Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp.) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 11:28-33.
8. ^ "Durian Petruk". IPTEKnet BPPT. Diakses pada 9 Desember 2009.
9. ^ Pythium vexans di laman Widely Prevalent Fungi
10. ^ "Question No. 18085: Is it true that durian seeds are poisonous?". Singapore Science Centre. 1 Maret 2006. Diakses pada 20 November 2008.
11. ^ Mahdi Jufri, Rosmala Dewi Akhmad Ridwan Firli. 2006. Studi kemampuan pati biji durian sebagai bahan pengikat dalam tablet ketoprofen secara granulasi basah. Majalah Ilmu Kefarmasian 3:78-86.
12. ^ "USDA National Nutrient Database". U.S. Department of Agriculture. Diakses pada 20 November 2008.
13. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1341-1343.
14. ^ Durian, Pengusir Nyamuk?
15. ^ Oen Liang-Hie dan M. Soemartini. 1998. The presence of 5-hidroxy-methyl-furfural in the shells of the durian fruit (Durio Zibethinus Murr.) as minor deodorant and its possible role in the ripening process of the fruit (5-OH-metil-furfural pada kulit buah durian sebagai deodoran minor dan kemungkinan perannya dalam proses pemasakan buah).
Nangka
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko/nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (sunda). Beberapa nama asing yaitu: jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), kapiak (Papua Nugini), liangka (Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz, miiz hnang (laos), khanun (Thailand), mit (Vietnam).
C. TEKNIK PENANAMAN
Ø Tahapan Penentuan Pola Tanam
Ø Tahapan Pembuatan Lobang Tanam
Ø Tahapan Cara Penanaman
Ø Tahapan Pembuatan Lubang pada Mulsa
D. PEMELIHARAAN TANAMAN
Ø Tahapan Penjarangan dan Penyulaman
Ø Tahapan Penyian
Ø Tahapan Pemupukangan
Ø Tahapan Pengairan dan Penyiraman
Ø Pemeliharaan Lain
Perkecambahan
Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang ( Taiz and Zeiger 1998). Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan.
Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Informasi bibliografi
Judul Sirsak & Srikaya
Penulis Hendro Sunarjono
Penerbit Niaga Swadaya
ISBN 9794899038, 9789794899038
Sirsak
Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa), nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), boh lôna (Aceh), durio ulondro (Nias), durian betawi (Minangkabau), serta jambu landa (di Lampung). Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti "kantung asam") didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19, meskipun bukan berasal dari Eropa.
Tanaman ini ditanam secara komersial untuk diambil daging buahnya. Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat, paling baik ditanam di daerah yang cukup berair. Nama sirsak sendiei berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang berarti kantung yang asam.
Tanaman ini ditanam secara komersial atau sambilan untuk diambil buahnya. Pohon sirsak bisa mencapai tinggi 9 meter. Di Indonesia sirsak dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut.
Buah sirsak bukan buah sejati, yang ukurannya cukup besar hingga 20-30cm dengan berat mencapai 2,5 kg. Yang dinamakan "buah" sebenarnya adalah kumpulan buah-buah (buah agregat) dengan biji tunggal yang saling berhimpitan dan kehilangan batas antar buah. Daging buah sirsak berwarna putih dan memiliki biji berwarna hitam. Buah ini sering digunakan untuk bahan baku jus minuman serta es krim. Buah sirsak mengandung banyak karbohidrat, terutama fruktosa. Kandungan gizi lainnya adalah vitamin C, vitamin B1 dan vitamin B2 yang cukup banyak. Bijinya beracun, dan dapat digunakan sebagai insektisida alami, sebagaimana biji srikaya.
Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, Kalau anda puas Cukup Like atau berkomentar d Kolom Komentar.
good..!!
BalasHapusMakasih sudah berkunjung.. ikuti halaman kami,, di Budidaya Pertanian
Hapus