I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril (Torres, 1989)..
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.(Wetherelll, 1982).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini (Wetherelll, 1982).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1. Memberikan pengalaman kepada praktikan tentang tata cara aklimatisasi planlet hasil kultur jaringan.
2. Mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam di lapang dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu tahapan yang sangat penting dalam teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi planlet yang ditanam secara in vitro kedalam rumah kaca atau langsung ke lapang (Pospisilova et al, 1996). Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Wetherell (1982) menuliskan aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur terhadap lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya. Torres (1989)
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut. Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna (Wetherell, 1982). Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya (Torres, 1989). Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman akan tetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca (Wetherelll, 1982).
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan “dilatih” untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks secara bertahap pula (Torres, 1989).
Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Menurut sutiyoso (1986) media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999; Sinaga, 2001).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengantar bioteknologi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 April 2011 pukul 08.00 sampai selesai WITA, Bertempat di Malino.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah :
- Boks donat
- Karet gelang
- Kertas label
-Spidol
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerjanya adalah :
1. Pemindahan kedalam baki g berisi campuran meia untuk pot.
2. Buatlah busur-busur berbentuk U dari kawat yang kuat.tancapkan beberapa buah pada tiap baki dengan jarak tertentu.
3. Masukkan baki yang telah dipasangi busur-busur kawat tersebut kedalam kantong plastik.
4. Letakkan ditempat yang kena sinar tak langsung selama 1-2 minggu,kemudian membuka kantong plastik itu sebagian,untuk memperkenalkan tanaman yang tedapa didalamnya pada kelembaban lebih renah.
5. Tiap selang waktu 6-10 hari,kantong plastik tersebut dibuka makin lebar
, , sampai akhirnya terbuka sama sekali.
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar.1
Gambar.3
Gambar.2
Gambar.4
4.2 Pembahasan
Aklimatisasi merupakan suatu tahapan yang penting karena pada tahap ini tanaman (planlet) akan diadaptasikan agar dapat hidup di lapang sehingga mampu menjadi tanaman yang normal. Seperti yang telah disebutkan pada bagian latar belakang bahwa planlet hasil kultur jaringan adalah tanaman yang bersifat aseptic dan heterotrof karena terbiasa di lingkungan yang optimum untuk petumbuhannya, daunnya belum mampu berfotosintesis, sangat rentan terhadap respirasi berlebih, dan dipastian mempunyai potensi kematian yang tinggi jika langsung ditanam di lapang tanpa adanya proses aklimatisasi terlebih dahulu. Percobaan ini menggunakan bibit krisantimum (Chrysanthemum sp.) hasil kultur jaringan yang telah berumur 8-12 minggu dan bibit kentang (Solanum tuberosum L.).
Hal yang pertama kali dilakukan praktikan adalah mengeluarkan planlet dari botol dengan hati-hati agar tidak putus dan pastikan bibit tersebut telah berakar, dengan pertimbangan bahwa planlet yang dinilai telah memiliki akar yang cukup akan memudahkan dalam proses penyerapan hara dari media tanam. Kemudian planlet dicuci bersih dengan air yang sudah dimasak secara perlahan sampai semua agar-agar sudah tidak ada pada akar planlet, setelah itu planlet di rendam pada larutan Dithane/benlate 1 g/L + Agrept 1 g/L selama 10 menit, larutan tersebut berfungsi sebagai bakterisida dan fungisida. Media yang digunakan yaitu arang sekam yang sudah disterilkan kemudian dibasahi sampai jenuh dengan air steril. Lalu planlet ditanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat agar bibit tidak membusuk. Wadah tanam (pot) yang digunakan yaitu gelas transparan bekas air mineral. Wadah yang telah ditanami planlet tersebut selanjutnya ditutup dengan gelas transparan lainnya, hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban dilingkungan tumbuh planlet lalu disimpan di ruang kultur. Penyiraman dilakukan hanya jika media dinilai kekurangan air,selain itu penyiramana juga dilakukan untuk menjaga kelembaban.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aklimatisasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam kultur jaringan karena pada tahap inilah planlet hasil kultur jaringan akan beradaptasi baik secara morfologi maupun fisiologi untuk dapat hidup di lapang. Percobaan ini memberikan gambaran bahwa aklimatisasi bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan dengan begitu saja, diperlukan ketelitian dan pengetahuan yang baik agar dapat berhasil. Dari sejumlah planlet yang diaklimatisasi, hanya sebagian kecil saja yang berhasil (dapat dikatakan bahwa tingkat adaptasi tanaman terhadap lingkungan di luar botol kultur adalah lemah). Kematian planlet pada umumnya disebabkan oleh respirasi planlet yang tinggi yang menyebabkan planlet layu dan mati.
Untuk masa selanjutnya, sebaiknya praktikan lebih teliti dan berusaha memperoleh pengetahuan yang lebih memadai dalam menjalankan praktikum ini. Selain itu percobaan aklimatisasi ini sebaiknya menggunakan media tanam yang berbeda-beda sehingga praktikan dapat memperoleh pengetahuan tentang media tanam apa yang lebih baik digunakan untuk aklimatisasi.
5.2 Saran
Sisa-sisa media agar kultur yang menempel pada akar, sebaiknya dicuci lebi
dulu,untuk mengurangi terjadinya pertumbuhan mikro organisme dalam media pot,selama periode-periode awal dari kondisi steril dalam rumah kaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Proses Atau Skematis Kultur Jaringan.
http://id.answers.yahoo.com.htm. Diakses pada tanggal 22 Desember
2011.
Anonim. 2008. Teknik Kultur Jaringan http://www.bbpp-lembang.info.htm.
Diakses pada tanggal 22 Desember 2011.
Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses
pada tanggal 22 Desember 2011 Rahardja, P.E. 1988. Kultur Jaringan
Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Panebar Swadaya.
Jakarta Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery
Publishing Group Inc. New Jersey. 8
I.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril (Torres, 1989)..
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.(Wetherelll, 1982).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini (Wetherelll, 1982).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1. Memberikan pengalaman kepada praktikan tentang tata cara aklimatisasi planlet hasil kultur jaringan.
2. Mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam di lapang dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu tahapan yang sangat penting dalam teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi planlet yang ditanam secara in vitro kedalam rumah kaca atau langsung ke lapang (Pospisilova et al, 1996). Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Wetherell (1982) menuliskan aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur terhadap lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya. Torres (1989)
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut. Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna (Wetherell, 1982). Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya (Torres, 1989). Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman akan tetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca (Wetherelll, 1982).
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan “dilatih” untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks secara bertahap pula (Torres, 1989).
Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Menurut sutiyoso (1986) media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999; Sinaga, 2001).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengantar bioteknologi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 April 2011 pukul 08.00 sampai selesai WITA, Bertempat di Malino.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah :
- Boks donat
- Karet gelang
- Kertas label
-Spidol
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerjanya adalah :
1. Pemindahan kedalam baki g berisi campuran meia untuk pot.
2. Buatlah busur-busur berbentuk U dari kawat yang kuat.tancapkan beberapa buah pada tiap baki dengan jarak tertentu.
3. Masukkan baki yang telah dipasangi busur-busur kawat tersebut kedalam kantong plastik.
4. Letakkan ditempat yang kena sinar tak langsung selama 1-2 minggu,kemudian membuka kantong plastik itu sebagian,untuk memperkenalkan tanaman yang tedapa didalamnya pada kelembaban lebih renah.
5. Tiap selang waktu 6-10 hari,kantong plastik tersebut dibuka makin lebar
, , sampai akhirnya terbuka sama sekali.
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar.1
Gambar.3
Gambar.2
Gambar.4
4.2 Pembahasan
Aklimatisasi merupakan suatu tahapan yang penting karena pada tahap ini tanaman (planlet) akan diadaptasikan agar dapat hidup di lapang sehingga mampu menjadi tanaman yang normal. Seperti yang telah disebutkan pada bagian latar belakang bahwa planlet hasil kultur jaringan adalah tanaman yang bersifat aseptic dan heterotrof karena terbiasa di lingkungan yang optimum untuk petumbuhannya, daunnya belum mampu berfotosintesis, sangat rentan terhadap respirasi berlebih, dan dipastian mempunyai potensi kematian yang tinggi jika langsung ditanam di lapang tanpa adanya proses aklimatisasi terlebih dahulu. Percobaan ini menggunakan bibit krisantimum (Chrysanthemum sp.) hasil kultur jaringan yang telah berumur 8-12 minggu dan bibit kentang (Solanum tuberosum L.).
Hal yang pertama kali dilakukan praktikan adalah mengeluarkan planlet dari botol dengan hati-hati agar tidak putus dan pastikan bibit tersebut telah berakar, dengan pertimbangan bahwa planlet yang dinilai telah memiliki akar yang cukup akan memudahkan dalam proses penyerapan hara dari media tanam. Kemudian planlet dicuci bersih dengan air yang sudah dimasak secara perlahan sampai semua agar-agar sudah tidak ada pada akar planlet, setelah itu planlet di rendam pada larutan Dithane/benlate 1 g/L + Agrept 1 g/L selama 10 menit, larutan tersebut berfungsi sebagai bakterisida dan fungisida. Media yang digunakan yaitu arang sekam yang sudah disterilkan kemudian dibasahi sampai jenuh dengan air steril. Lalu planlet ditanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat agar bibit tidak membusuk. Wadah tanam (pot) yang digunakan yaitu gelas transparan bekas air mineral. Wadah yang telah ditanami planlet tersebut selanjutnya ditutup dengan gelas transparan lainnya, hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban dilingkungan tumbuh planlet lalu disimpan di ruang kultur. Penyiraman dilakukan hanya jika media dinilai kekurangan air,selain itu penyiramana juga dilakukan untuk menjaga kelembaban.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aklimatisasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam kultur jaringan karena pada tahap inilah planlet hasil kultur jaringan akan beradaptasi baik secara morfologi maupun fisiologi untuk dapat hidup di lapang. Percobaan ini memberikan gambaran bahwa aklimatisasi bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan dengan begitu saja, diperlukan ketelitian dan pengetahuan yang baik agar dapat berhasil. Dari sejumlah planlet yang diaklimatisasi, hanya sebagian kecil saja yang berhasil (dapat dikatakan bahwa tingkat adaptasi tanaman terhadap lingkungan di luar botol kultur adalah lemah). Kematian planlet pada umumnya disebabkan oleh respirasi planlet yang tinggi yang menyebabkan planlet layu dan mati.
Untuk masa selanjutnya, sebaiknya praktikan lebih teliti dan berusaha memperoleh pengetahuan yang lebih memadai dalam menjalankan praktikum ini. Selain itu percobaan aklimatisasi ini sebaiknya menggunakan media tanam yang berbeda-beda sehingga praktikan dapat memperoleh pengetahuan tentang media tanam apa yang lebih baik digunakan untuk aklimatisasi.
5.2 Saran
Sisa-sisa media agar kultur yang menempel pada akar, sebaiknya dicuci lebi
dulu,untuk mengurangi terjadinya pertumbuhan mikro organisme dalam media pot,selama periode-periode awal dari kondisi steril dalam rumah kaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Proses Atau Skematis Kultur Jaringan.
http://id.answers.yahoo.com.htm. Diakses pada tanggal 22 Desember
2011.
Anonim. 2008. Teknik Kultur Jaringan http://www.bbpp-lembang.info.htm.
Diakses pada tanggal 22 Desember 2011.
Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses
pada tanggal 22 Desember 2011 Rahardja, P.E. 1988. Kultur Jaringan
Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Panebar Swadaya.
Jakarta Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery
Publishing Group Inc. New Jersey. 8
Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !