Headlines News :
Home » » Laporan Pembuatan Media

Laporan Pembuatan Media

Written By Al Az Ari on Kamis, 08 Januari 2015 | 10.32

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek tidak mempunyai cadangan makanan. Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang dengan mengkulturkan jaringan dan terus berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman. Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatifr singkat(Anonim, 2008).
Oleh karena itu kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai metode perbanyakana tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan temapat yang besar. Keberhasilan darai kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini menyangkut ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kultur jaringan (Razdan ,1983).
Salah satu kesulitan dalam kultur jaringan tanaman adalah kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan optimum sangat berbeda pada tiap spesies, sehingga tidak ada media yang dapat direkomendasikan untuk semua tanaman. Penelitian – penelitian yang intensif pada kultur jaringan selama 50 tahun terakhir telah banyak mengembangkan media, beberapa diantaranya telah digunakan secara luas dalam kultur jaringan saat ini. Media ini diberikan pada Tabel 12.1. Bahan kimia dalam media biasanya ditentukan, artinya hanya hara tertentu yang dimasukkan ke dalam media, atau media dapat juga mengandung bahan tambahan kompleks seperti air kelapa atau jus jeruk yang mengandung zat pengatur tumbuh (Skoog 1962).
1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
a. Mengetahui prosedur pembuatan media.
b. Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media kultur jaringan
c. Mengetahui prosedur sterilisasi alat dan media kultur



II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu kesulitan dalam kultur jaringan tanaman adalah kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan optimum sangat berbeda pada tiap spesies, sehingga tidak ada media yang dapat direkomendasikan untuk semua tanaman. Penelitian – penelitian yang intensif pada kultur jaringan selama 50 tahun terakhir telah banyak mengembangkan media, beberapa diantaranya telah digunakan secara luas dalam kultur jaringan saat ini. Media ini diberikan pada Tabel 12.1. Bahan kimia dalam media biasanya ditentukan, artinya hanya hara tertentu yang dimasukkan ke dalam media, atau media dapat juga mengandung bahan tambahan kompleks seperti air kelapa atau jus jeruk yang mengandung zat pengatur tumbuh (Anonim, 2008).
2.1. Komposisi Media Kultur Jaringan
a. Hara anorganik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan.Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino(Skoog 1962).
b. Sumber karbon
Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh.Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam kultur (Skoog 1962).
c. Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial.Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental untuk 1 L media (Skoog 1962).
d. pH
pH media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
e. Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh akan dibahas tersendiri pada minggu 13 (Skoog 1962).
f. Air
Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media (Skoog 1962).
.




III. METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat
    Praktikum pengantar bioteknologi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 pukul 07.30 WITA sampai selesai, Bertempat di gedung Pusat Kegiatan  Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar, lantai 4.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah :
- Magneitk stirer
- Timbangan analitik
- Pipet
- Ph meter
- Gelas piala
- Botol-botol kultur
- Plastik pp 0.3 mm
- Karet gelang
- Kertas label
-Alat sterilisasi
- Autoklaf
Adapun bahan yang digunakan adalah :
- Gula
- Agar
- Aqua destilata (aquadest)
- NaOH 1 N dan HCL 1 N


3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerjanya adalah :
- Mengambil larutan stok yang berisi NaEDTA, hara makro, hara mikro, vitamin
  dan ZPT
- Memasukkan larutan stok ke dalam ;abu takar dan tambahkan aquadest 
  sebanyak 1000ml/ sampai tanda
- Memasukkan ke dalam bekerglass
- Memasukkan gula sebanyak 30 gr/ tunggu sampai larut -Mengukur pH dan
  mengkondisikannya menjadi 5,8 – 6,2 dengan menambahkan HCl atau NaOH
- Memasukkan agar sebanyak 8 gr/l
- Mendidihkan larutan tersebut
- Memasukkan larutan yang sudah jadi ke dalam botol kultur
- Menutup botol kultur dengan plastik pp dan mengikatnya dengan karet gelang
- Memasukkan botol kultur tersebut ke dalam autoklaf untuk disterilkan






















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
   
    1. Botol Ukur                    2. Cawan Petrin

3.pH Meter                    4.Aluminium Foil

5. Laminar Air Flow                6. Oven


8. Timbangan Analitik                9. Wrapping Plastik
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui berbagai fungsi dan spesifikasi setiap alat yang ada di laboratorium kultur jaringan. Botol ukur berfungsi sebagai tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Cawan petrin berfungsi sebagai wadah (yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca) yang digunakan utk membiakkan sel. Autoclave berfungsi sebagai alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yg digunakan dlm mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yg digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121°C (250 °F). Jadi tekanan yg bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi 2 (15Psi =15 pounds per square inch).Lama sterilisasi yg dilakukan biasanya 15 menit utk 121°C. pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur pH tertentu dari sampel. Metode 2 buffer sangat efektif dalam penggunaan mikroprocessor pH meter. Oven berfungsi sebagai alat sterilisasi kering. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang media.
Alat lain yang penting diketahui adalah laminar air flow. Rangkaian alat ini terletak khusus dalam satu ruang yang disebut ruang steril. Penggunaan alat tersebut adalah untuk mensterilisasikan udara ditempat kerja, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan dan pengambilan mikrobia dapat dilakukan di sekitar laminar air flow. Fungsi lain adalah ketika menggunakan alat-alat yang sudah disterilisasikan, sehingga untuk mencegah timbulnya kontaminasi tidak perlu menggunakan pemanasan dari lampu spritus ataupun lampu hunsen.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
2.    Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.
3.    Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan. Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan.
4.    Setiap alat mempunyai fungsi dan spesifikasi yang berbeda tergantung jenis alatnya. Namun ada juga alat-alat yang sama sehingga fungsinya juga sama, hanya saja sepesifikasi dari dua alat yang sama tersebut berbeda.
5.2 Saran
    Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, kita hendaknya tetap fokus dalam praktikum guna menjaga keselamatan kerja di dalam laboratorium, sehingga kecelakaan di laboratorium dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Proses Atau Skematis Kultur Jaringan.
http://id.answers.yahoo.com.htm. Diakses pada tanggal 22 Desember
2011.
Anonim. 2008. Teknik Kultur Jaringan http://www.bbpp-lembang.info.htm.
Diakses pada tanggal 22 Desember 2011.
Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses
pada tanggal 22 Desember 2011 Rahardja, P.E. 1988. Kultur Jaringan
Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Panebar Swadaya.
Jakarta Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery
Publishing Group Inc. New Jersey. 8


Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

jadilah bagian dari seribu orang yang menyukai blog ini, dengan mengikuti kami di Laman Facebook. Budidaya Pertanian, mengenai kritik dan saran kami sangat mengharapkan demi sempurnanya informasi yang kami sampaikan
 
Support : Facebook: AL AZ ARI/'>Ari Sandria | Agronomi Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. AGRONOMI UNHAS - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template