Teknik produksi benih padi
PENDAHULUAN
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul baru. Diantara VUB padi yang dianjurkan adalah Inpari-7, Inpari-8, Inpari-9 dan Inpari-10, Gilirang
Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat). Salah satu penyebab utama rendahnya produktivitas padi karena varietas yang biasa ditanam petani dewasa ini tidak mampu lagi berproduksi lebih tinggi akibat kemampuan genetiknya yang terbatas.
PEMILIHAN LOKASI
Tanah subur dan irigasi terjamin, serta bebas dari kekeringan dan banjir.
Bukan daerah endemik hama dan penyakit utama, terutama wereng coklat dan virus tungro.
PENYIAPAN LAHAN
Areal produksi benih harus terpisah dengan pertanaman padi disekitarnya yaitu sekitar 3 meter agar tidak terjadi percampuran varietas.
Lakukan pengaturan waktu tanam pada areal produksi benih dengan areal disekitarnya dengan perbedaan waktu berbunga sekitar 21 hari.
Sawah diolah sempurna, umumnya dibajak 2 kali dan digaru serta diperlukan waktu jeda agar singgang padi yang tumbuh dapat dimusnahkan. Tanah diratakan sampai tekstur betul-betul berlumpur.
Untuk menekan pertumbuhan gulma semprot lahan dengan herbisida pra tumbuh, minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan anjuran.
PERSEMAIAN
Buat bedengan dengan tinggi 5 sampai 10 cm, lebar 110 cm dan panjang sesuai kebutuhan.
Benih sumber yang digunakan harus jelas asal-usulnya.
Sebelum disemai benih direndam selama 24 jam, kemudian ditirskan dan diperam selama 48 jam.
Lahan persemaian diberi pupuk Urea, SP36 dan KCL masing-masing sebanyak 15 gr/m2
Taburkan benih dengan kerapatan 25 gr/m2 atau 1 kg benih/40 m2
PENANAMAN
Penananam dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, satu tanaman perumpunan.
Penanaman dilakukan dengan cara legowo 2 : 1 ; dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm.
Penyulaman dilakukan tujuh hari setelah tanam dan bibit ditanam pada kedalaman 2 -3 cm
PEMUPUKAN
Takaran dan waktu pemberian pupuk P dan K berdasarkan analisis tanah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau rekomendasi setempat. Pupuk P dan K diberikan sebagai pupuk dasar.
Takaran dan waktu pemberian pupuk Urea disesuaikan dengan kebutuhan tanaman berdasarkan metode Bagan Warna Daun (BWD).
PEMELIHARAAN TANAMAN
Lakukan penyiangan secara intensif menggunakan landak.
Lakukan pengendalian hama dan penyakit secara intensif dengan mengacu pada metode PHT yang dianjurkan.
Pengaturan air dilakukanb sejak penanaman sampai menjelang panen yaitu : - Air lahan pertanaman setelah selesai per-tanaman setinggi 3 cm selama 3 hari. - Kekeringan lahan sampai kondisi macak macak selama 10 hari. - Genangi lahan setinggi 3 cm pada saat mulai pembentukan anakan sampai masa bunting
SELEKSI
Untuk menghasilkan benih murni perlu dilakukan pembuangan rumpun-rumpun yang tidak dikehendaki.
Seleksi saat anakan maksimum (50 hari setelah tanam) : - Cabut dan buang tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan. - Cabut dan buang tanaman yang mempunyai bentuk dan ukuran daun yang berbeda. - Cabut dan buang tanaman yang tinggi berbeda.
Seleksi saat berbunga (80-90 hari setelah tanam) : - Cabut dan buat tanaman yang terlalu cepat atau lambat berbunga. - Cabut dan buang tanaman yang ukuran gabahnya berbeda.
Seleksi saat masak (110-115 hari setelah tanam) : - Cabut dan buang tanaman yang mempunyai malai dengan jumlah bulir isi normal. - Cabut dan buang tanaman yang memiliki bentuk, warna dan ukuran gabah berbeda.
PANEN
Panen dilakukan setelah lulus pemeriksaan lapangan oleh petugas/pengawas benih (BPSB).
Panen dilakukan pada saat tanaman masak fisiologis 90-95% gabah telah bernas dan berwarna kuning dengan menggunakan sabit bergerigi.
Tanaman yang berada dipinggir yaitu dua baris dipanen terpisah dan tidak digunakan menjadi calon benih.
Hasil panen segera dirontokan menggunakan Power tresher untuk mengurangi kehilangan hasil.
Calon benih dimasukkan kedalam karung, beri label dengan identitas nama varietas, tanggal panen, berat dan kelas calon benih.
PENGERINGAN
Pengeringan dengan sinar matahari. - Gunakan lantai jemur terbuat dari semen. - Lantai jemur harus bersih dari sisa-sisa varietas atau komoditas lainnya dan dilapisi terpal agar suhu tidak terlalu tinggi. - Gabah dibolak balik setiap 3 jam sekali. - Pengeringan dilakukan sampai kadar air maksimal 13 % dan sebaiknya 10 smapai 12 % agar tahan lama.
Pengeringan buatan dengan mesin. - Bersihkan dryer dari sisa-sisa varietas dan komoditas lain. - Pengeringan didahului dengan hembusan angin sekitar 3 jam, selanjutnya dipanasi dengan suhu rendah (32oC), meningkat sesuai dengan penurunan kadar air biji (43oC pada kadar air 14 %).
Kontrol kadar air setiap 2 sampai 3 jam, untuk penyesuaian suhu.
Akhiri pengeringan jika kadar air telah mencapai lebih kecil 13 % (paling baik kadar air 10 sampai 12 %)
PEMBERSIHAN
Pisahkan kotoran, biji hampa menggunakan tampi (nyiru) untuk jumlah gabah sedikit, apabila jumlah gabah besar gunakan mesin pembersih seperti Blower atau aspirator.
Masukan gabah kedalam karung yang baru, pasang label atau keterangan diluar dan dalam kemasan.
Petugas pengawas benih tanaman pangan setempat diminta untuk mengambil contoh guna pengujian laboratorium.
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BENIH
Benih yang layak disimpan adalah benih dengan daya tumbuh awal sekitar 90% dan KA 10-12%.
Gunakan kantongan yang kedap udara.
Simpan dalam gudang yang terbuat dari lantai semen, pentilasi cukup dan sirkulasi udara lancar serta bebas dari hama gudang seperti tikus, hama bubuk, dan lainnya.
Kemasan ditata teratur dan setiap varietas terpisah dari varietas lainnya, tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan dinding gudang.
PRODUKSI BENIH PADI
Oleh: Religius Heryanto, S.ST (Staff LPTP Sulbar)
KELANGKAAN benih unggul seringkali dirasakan ditingkat petani, padahal proses produksi bisa dilakukan sendiri dihamparan sawahnya namun karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam hal produksi benih sehingga kelangkaan benih masih terus dirasakan.
Benih unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman dan perannya tidak dapat di gantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu.
Dalam pertanian modern, benih/bibit berperan sebagai paket keunggulan teknologi bagi petani dan konsumen lainnya. Paket keunggulan teknologi tersebut harus dapat terus berkembang dan dapat tersedia secara tepat (hidayat, 2006). Keunggulan varietas dan mutu benih merupakan justifikasi utama untuk membangun sistem produksi benih bersertifikat (Tripp, 1995).
Penyediaan benih unggul memegang peranan yang menonjol diantara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, baik dalam kontribusinya terhadap peningkatan hasil persatuan luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah dan memberikan keuntungan langsung kepada petani.
Salah satu pendekatan sistem produksi benih unggul yang dapat dilakukan di Sulbar saat ini adalah pengembangan penangkaran benih berbasis masyarakat, di mana masyarakat tani secara berkelompok (poktan) didorong memproduksi sendiri kebutuhan benihnya pada hamparan kelompoknya, sehingga akan lebih menghemat waktu dan biaya, dan untuk selanjutnya dapat menjadi unit produksi benih sumber yang berorientasi agribisnis.
Upaya yang diperlukan untuk mendukung hal tersebut antara lain peningkatan kemampuan para penangkar serta penguatan kelembagaan mereka melalui penyuluhan dan pendampingan. Varietas-varietas berdaya hasil tinggi yang telah diproduksi Badan Litbang Pertanian perlu ditawarkan kepada para petani untuk memperkaya pilihan mereka, baik yang sudah berkembang, maupun varietas baru yang berpeluang sebagai produk agribisnis kedepan yang dapat mendorong peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani dan masyarakat pada umumnya.
Kiat-kiat atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk memproduksi benih unggul mulai dari pemilihan lokasi, pesemaian, penanaman, pemupukan, pengairan, hingga panen dan pengolahan benih.
Pemilihan Lokasi
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah; kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan, transportasi), kondisi fisik lokasi dan isolasi.
Lahan untuk produksi benih sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata. Kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain.
Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah tiga meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat pekan.
Pesemaian
Luas lahan untuk persemaian yang ideal adalah empat persen dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 meter kubik (m²) per hektar. Buat bedengan dengan tinggi 5 sampai 10 centimeter (cm), lebar 110 cm, dan panjangnya disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan.
Lahan terbaik untuk produksi benih termasuk untuk persemaiannya adalah lahan bera pada musim sebelumnya atau lahan yang ditanami dengan varietas yang sama pada musim sebelumnya. Dalam praktik, mungkin sulit diperoleh areal untuk persemaian dengan persyaratan seperti tersebut di atas.
Apabila demikian, dapat digunakan areal bekas pertanaman padi dengan melakukan pengolahan tanah sambil sanitasi. Pembuatan persemaian dilakukan sebagai berikut; (a) Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal dua hari, kemudian dibiarkan mengering sampai tujuh hari, agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Kemuadian diolah yang kedua sambil membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh liar dan gulma; (b) Pupuk persemaian dengan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 15 gram (g)/m². Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam. Kemudian diperam selama 24 jam; (c) Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 25 hingga 50 g/m2 atau 0.5 sampai 1 kg benih per 20 m² lahan; (d) Kebutuhan benih untuk satu hektar (ha) areal pertanaman adalah 10 sampai 20 kg.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 hingga 21 hari, dengan satu bibit per lubang pada kedalaman satu atau dua sentimeter. Untuk mempermudah dalam pemeliharan dan untuk meningkatkan produksi gunakan jarak tanam dengan sistem jajar legowo 2:1 (40 x (20×10) cm, jajar legowo 4:1 (40x (20x20x20x10) cm. Penyulaman dilakukan pada tujuh hari setelah tanam dengan bibit dari varietas dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7 hingga 10 hari.
Pemupukan
Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah yang berdasarkan hasil uji tanah sawah dengan menggunakan Perangat Uji Tanah Sawah (PUTS). Sedangkan untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD).
Pemupukan dengan menggunakan BWD dilakukan sebagai berikut. Apabila pengujian seperti di atas tidak memungkinkan, maka dapat digunakan anjuran umum pemupukan dengan 120 sampai 240 kg urea, 100 sampai 120 kg SP36, dan 100 sampai 150 kg KCl per ha, dengan waktu pemberian pupuk dasar (saat tanam) 33 persen urea (40-80 kg/ha) tambah 100 persen SP36 (100-120 kg/ha). Kemudian pemberian pupuk susulan I (4 MST) 33 persen urea (40-80 kg/ha) tambah 50 persen KCl (50-75 kg/ha). Selanjutnya pemberian pupuk susulan II (7 MST) 33 persen urea ( 40-80 kg/ha) tambah 50 persen KCl (50-75 kg/ha). Pada musim hujan, takaran pupuk dianjurkan lebih rendah daripada musim kemarau.
Pengairan
Sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Namun ketinggian air cukup dua hingga tiga sentimeter, untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan aerasi yang baik.
Oleh karena itu, pengairan berselang atau intermitten sangat dianjurkan dengan urutan sebagai berikut; (a) Selesai tanam, ketinggian air sekira dua sentimeter selama tiga hari; (b) Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibuang sampai kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari; (c) Dari fase pembentukan anakan sampai inisiasi primordia bunga, lahan pertanaman digenangi air setinggi tiga sentimeter; (d) Menjelang pelaksanaan pemupukan susulan pertama, dilakukan lagi drainase dan penyiangan; (e) Pada fase primordia bunga sampai dengan fase bunting, lahan digenangi setinggi lima sentimeter, untuk menekan pertumbuhan anakan baru; (f) Selama masa bunting sampai fase berbunga, lahan pertanaman secara periodik diairi dan dikeringkan secara bergantian (selang-seling). Petakan diairi setinggi lima sentimeter kemudian dibiarkan sampai kondisi sawah kering selama dua hari dan kemudian diari kembali sampai setinggi lima sentimeter dan seterusnya.
Kemudian, (g) Pada fase pengisian biji, ketinggian air dipertahankan sekitar tiga sentimeter; (h) Setelah fase pengisian biji, lahan pertanaman produksi benih secara periodik diari dan dikeringkan secara bergantian (selang-seling); dan (i) Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar proses pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan produksi benih tidak becek sehingga memudahkan saat panen.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Hak ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu, dan hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit terutama daerah endemis wereng coklat dan penyakit tungro serta perhatikan serangan tikus sejak dini dan monitor penerbangan ngengat penggerek batang.
Rouging/Seleksi Tanaman
Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Rouging dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya.
Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan.
Rouging atau seleksi tanaman atau rumpun yang menyimpang dilakukan pada beberapa tahap yaitu; (a) Stadia Vegetatif Awal (35-45 HST); (b) Stadia Vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST); (c) Stadia Generatif awal/berbunga (85-90 HST); dan (d) Stadia generative akhir/masak (100-115 HST).
Panen dan Pengolahan Benih
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90 hingga 95 persen malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.
Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka tak pelak lagi cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih.
Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12 persen. Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut:
Persiapan Panen
Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB. Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan.
Proses Panen
Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot. Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.
Pengeringan Benih
Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran dan pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda. Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan. Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati. Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap dua sampai tiga jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut. Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13 persen atau lebih rendah)
Pengolahan Benih
Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kevil dapat dilakukan secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru (ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan.
Pengemasan Benih
Pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek. Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan insek.
Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan.
Penyimpanan Benih
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan. (**)
Daftar pustaka nya darimana ya?
BalasHapus